Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Risiko Orang yang Tak Divaksin Covid-19, Salah Satunya Long Covid

Kompas.com - 04/07/2021, 20:55 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

Menurut ahli, vaksin Covid-19 hampir sempurna dalam mencegah kematian, sehingga penurunan kematian secara nasional menyembunyikan tingkat kematian akibat Covid-19 di antara orang yang tidak divaksinasi.

Hal ini berarti, tingkat kematian menunjukkan bahwa orang yang tidak divaksinasi tidak dalam kondisi aman.

Sementara itu, para ahli juga sering menunjuk tingkat rawat inap sebagai ukuran kritis pandemi, karena mereka mencerminkan jumlah orang yang menjadi sangat sakit.

Baca juga: 2 Dosis Vaksin AstraZeneca Bikin Kekebalan Kuat Selama Setahun, Studi Baru Jelaskan

Di AS sangat jelas, rawat inap akibat Covid-19 saat ini hanya tersebar di populasi yang tidak divaksinasi, beberapa distrik dan Michigan memiliki tingkat rawat inap sekitar dua kali lebih tinggi dari rata-rata nasional.

Pennsylvania, Maryland, Florida dan Rhode Island juga memiliki tingkat rawat inap sekitar 50% lebih tinggi dari tingkat rawat inap nasional.

Selain risiko kematian dan rawat inap yang lebih tinggi, orang-orang yang belum divaksin Covid-19 juga berisiko lebih tinggi mengalami long covid.

Menurut CDC kasus long covid dapat terjadi pada orang-orang yang terinfeksi Covid-19 dengan gejala ringan dan bahkan mereka yang benar-benar tanpa gejala.

Namun, beberapa ahli berpendapat, ada bukti yang lebih meyakinkan bahwa long covid cenderung terjadi setelah infeksi Covid-19 yang parah atau bergejala.

Yang penting menjadi catatan adalah, Dr. Monica Gandhi, pakar penyakit menular dari Universitas California, San Francisco mengatakan, long covid tidak mungkin terjadi pada seseorang yang divaksinasi lengkap.

“Jika tubuh terpapar virus corona setelah vaksinasi, sistem kekebalan — alih-alih menghasilkan respons inflamasi yang tidak terorganisir — justru siap untuk menghasilkan respons yang sangat terorganisir terhadap virus, sehingga membuat long covid tidak mungkin terjadi,” kata Gandhi.

Pasca-vaksinasi, sistem kekebalan pada dasarnya mengatakan, ‘Oke, saya akan beradaptasi untuk melawan virus khusus ini'. Respons terorganisir seperti itu yang akan menyelesaikan gejala Covid-19 dengan cepat.

Baca juga: IDAI Setujui Vaksin CoronaVac untuk Anak, Begini Hasil Keamanan Uji Klinis Fase 1 dan 2

Vaksin memungkinkan kembalinya kehidupan normal

Dr. David Cutler, seorang dokter kedokteran keluarga di Pusat Kesehatan Providence Saint John di Santa Monica, California mengatakan, bahwa sebelum vaksin tersedia, seseorang di Amerika Serikat memiliki sekitar 1 dari 10 kemungkinan mengembangkan penyakit Covid-19 selama setahun, tetapi risiko itu dapat berubah, karena tindakan pencegahan dilonggarkan.

"Untuk sebagian besar tahun lalu, semua orang diharuskan memakai masker, menjaga jarak sosial, dan bahkan lockdown. Tapi sekarang, masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin lengkap mulai melepas masker, dan secara teoritis ini meningkatkan risiko infeksi orang yang tidak divaksinasi," katanya.

Baca juga: Angka Kematian Covid-19 di Indonesia Naik, Apa yang Harus Dilakukan?

Cutler mengungkap, saat ini sekitar setengah populasi AS kebal karena vaksinasi Covid-19, sehingga menghilangkan banyak kemungkinan tertular infeksi.

Selain itu, banyak orang yang masih membawa kekebalan dari infeksi Covid-19 di masa lalu.

“Jadi, ini adalah orang tambahan yang tidak mungkin menularkan infeksi Covid-19 sekarang, meskipun mereka mungkin telah menularkannya di masa lalu,” ujar Cutler.

Ketika AS dan negara-negara lain terus berusaha mencapai tingkat kekebalan kelompok terhadap virus corona, Cutler dan para ahli lainnya juga masih terus mendesak orang-orang untuk segera divaksinasi.

Vaksinasi tidak hanya melindungi penerima, tetapi juga orang-orang di sekitar mereka. Yang paling menguntungkan masyarakat secara keseluruhan adalah, memungkinkan semua orang lebih cepat kembali ke kehidupan normal.

“Orang-orang di seluruh dunia sangat ingin menerima vaksin Covid-19. Sehingga, tak dapat dimengerti jika masih ada orang yang memenuhi syarat tapi tidak segera mendapatkan vaksin,” tegas Cutler.

Baca juga: Begini Cara Vaksin Covid-19 Bekerja di Tubuh Ibu Hamil dan Calon Bayi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com