Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
BRIN
Badan Riset dan Inovasi Nasional

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. BRIN memiliki tugas menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi.

Wisata Cerdas, Menikmati Keindahan Tumbuhan Langka Indonesia Tanpa Harus ke Hutan Belantara

Kompas.com - 29/06/2021, 18:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Rizmoon Nurul Zulkarnaen, S.Hut., M.Si.

Tempo hari viralnya wisatawan penginjak makam Belanda di Kebun Raya Bogor, menjadikan objek wisata alam di kota bogor ini kembali menjadi sorotan.

Perlu diketahui juga bahwa tempat wisata di pusat kota Bogor ini tidak hanya menawarkan wisata makam sejarah, namun ada wisata yang bernilai tinggi untuk pengetahuan ilmu hayati.

Sejarah Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor menjadi satu-satunya wisata alam yang berada di tengah-tengah kota bogor dengan luasan 87 Hektar.

Daya dukung transportasi sangat memadai untuk mengakses lokasi wisata ini. Akses toll yang mudah dan akses angkutan umum tersedia banyak, menjadi nilai lebih dari keberadaan lokasi wisata ini.

Keberadaan Kebun Raya Bogor itu sendiri tidak bisa lepas dari nilai sejarah keberadaan Belanda di masa penjajahan dulu, di mana diketahui bahwa Kebun Raya Bogor didirikan oleh Gubernur Jenderal G.A.G.P. Baron van der Capellen dengan ide gagasan dari Reinwardt yang langsung menjadi pimpinan Kebun Raya Bogor saat itu.

Tidak hanya itu, sejarah juga mencatat awal mula perkebunan yang eksis hingga saat ini di Indonesia, yaitu perkebunan sawit yang konon indukan pertamanya ada di Kebun Raya Bogor, dan bahkan perkebunan teh juga demikian.

Hal ini dikarenakan, pada awalnya Belanda menjadikan Kebun Raya Bogor sebagai kebun percobaan bagi tanaman perkebunan pada saat jaman Hindia Belanda.

Tidak hanya itu, Kebun Raya Bogor kala itu juga menjadi ibu lahirnya lembaga-lembaga penelitian yang ada di Indonesia, terutama di bidang botani.

Baca juga: Kebun Raya Bogor Diusulkan Jadi Situs Warisan Dunia, Ini Alasannya

Sejarah juga mencatat, lahirnya institusi ilmu pengetahuan seperti Bibliotheca Bogoriensis (1842), Herbarium Bogoriense (1844), Kebun Raya Cibodas (1860), Laboratorium Treub (1884), dan Museum dan Laboratorium Zoologi (1894) itu berawal dari Kebun Raya Bogor yang menjadi wadah ilmuwan botani kala itu.

Kini, hampir semua lembaga institusi diatas dibawah kelola Lembaga Negara, yaitu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Namun, ada juga yang dikelola oleh Kementrian Lembaga, seperti Kementrian Kehutanan dan Lingkungan Hidup dan Kementrian Pertanian.

Saat ini, Kebun Raya Bogor dikelola LIPI melalui Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya, di mana mempunyai fungsi utama sebagai lembaga konservasi eksitu yang mempunyai lima fungsi yaitu konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan (Perpres No 93 tahun 2011).

Tidak hanya Kebun Raya Bogor, pengembangan kebun raya juga dilakukan di beberapa lokasi dibawah kelola LIPI, seperti Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, Kebun Raya Bali, dan Kebun Raya Ecopark Cibinong.

Keberhasilan membangun lembaga konservasi tersebut juga akhirnya mampu melebarkan sayap hingga di daerah-daerah dengan total ada 31 Kebun Raya Daerah yang berhasil dibangun dengan pengelolaan di bawah 29 oleh Pemerintah daerah dan 2 oleh Universitas.

Jumlah tersebut mempunyai peluang bertambah, seiring dengan isu-isu konservasi yang mulai dilirik, karena merupakan investasi jangka panjang yang mampu mendatangkan nilai ekonomi daerah.

Baca juga: 3 Tanaman Begonia Baru Endemik Sulawesi, Ada yang Spesies Langka di Asia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com