"Setiap hari, maksimal hanya dua jam," kata Budi.
Prof Aman menyampaikan bahwa pernyataan IDAI ini bukan berarti tidak mendukung adanya skema atau rencana sekolah tatap muka untuk pelajar Indonesia.
Akan tetapi, melihat lonjakan kasus positif hingga kematian akibat Covid-19 yang semakin meningkat di berbagai daerah saat ini sekolah tatap muka dianggap justru mengkhawatirkan bagi anak-anak.
"Jelas IDAI sangat mendukung sekolah tatap muka karena ini human capital, tapi syaratnya positivity ratenya (kasus terkonfirmasi positif Covid-19 pada anak) harus di bawah 5 persen," tegasnya.
Baca juga: Apakah Sekolah Tatap Muka Layak Dimulai Juli Ini? Ini Kata Epidemiolog
Pasalnya, berdasarkan data IDAI menunjukkan bahwa proporsi kasus konfirmasi Covid-19 pada anak usia 0-18 tahun mencapai 12,5 persen.
Dengan begitu, artinya 1 dari 8 kasus konfirmasi Covid-19 adalah anak-anak.
"Jadi ini kematian (anak akibat infeksi Covid-19) yang paling di dunia," jelas Prof Aman.
Sementara, data tingkat kematian Covid-19 pada anak, atau case fatality rate pada usia itu juga meningkat mencapai 3-5 persen.
Baca juga: Sekolah Tatap Muka Diizinkan Januari 2021, Epidemiolog: Tidak Berbasis Kesehatan