Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IDAI: Sekolah Tatap Muka Boleh Kalau Infeksi Covid-19 pada Anak di Bawah 5 Persen

Kompas.com - 19/06/2021, 17:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menegaskan bahwa sekolah tatap muka perlu ditinjau kembali, karena melihat kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia yang sangat mengkhawatirkan, terutama infeksi Covid-19 pada anak.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum IDAI Prof DR Dr Aman Bhakti Pulungan SpA(K) FAAP dalam Konferensi Pers bertajuk 5 Organisasi Profesi tentang Situasi Terkini Pandemi Covid-19 di Indonesia, Jumat (18/6/2021).

Pernyataan IDAI ini dikeluarkan menyusul kebijakan skema atau aturan sekolah tatap muka pada tahun ajaran baru 2021/2021, yang dijadwalkan dimulai pada bulan Juli mendatang.

Dalam skema tersebut, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam pemberitaan Kompas.com sebelumnya menyampaikan, pelaksanaannya nanti dilakukan dengan prinsip kehati-hatian sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

"Bapak Presiden tadi mengarahkan bahwa pendidikan tatap muka yang nanti dimulai, itu harus dijalankan dengan ekstra hati-hati," kata Budi dalam konferensi pers, yang disiarkan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (7/6/2021).

Baca juga: Wacana Sekolah Tatap Muka di Bekasi, Epidemiolog Ingatkan Risiko Penularan Covid-19

 

Pembatasan jumlah, jadwal dan durasi

Budi mengatakan, jumlah murid yang boleh menghadiri pembelajaran tatap muka di sekolah maksimal adalah 25 persen dari total murid. 

"Hanya boleh maksimal 25 persen dari murid yang hadir," kata Budi. 

Budi mengatakan, jadwal masuk sekolah selama pembelajaran tatap muka terbatas diatur maksimal dua hari dalam seminggu. 

"Tidak boleh lebih dari dua hari seminggu. Jadi seminggu hanya dua hari, boleh melakukan maksimal tatap muka," ujar Budi.

Pembatasan sekolah tatap muka, juga diberlakukan pada durasi pembelajaran di sekolah, yakni maksimal dua jam dalam sehari. 

Baca juga: Studi: Pentingnya Ventilasi dan Memakai Masker saat Sekolah Tatap Muka

Ilustrasi pasien Covid-19 anak. Kasus Covid-19 pada anak di Indonesia semakin meningkat.SHUTTERSTOCK/sumroeng chinnapan Ilustrasi pasien Covid-19 anak. Kasus Covid-19 pada anak di Indonesia semakin meningkat.

"Setiap hari, maksimal hanya dua jam," kata Budi.

Syarat boleh sekolah tatap muka

Prof Aman menyampaikan bahwa pernyataan IDAI ini bukan berarti tidak mendukung adanya skema atau rencana sekolah tatap muka untuk pelajar Indonesia.

Akan tetapi, melihat lonjakan kasus positif hingga kematian akibat Covid-19 yang semakin meningkat di berbagai daerah saat ini sekolah tatap muka dianggap justru mengkhawatirkan bagi anak-anak.

"Jelas IDAI sangat mendukung sekolah tatap muka karena ini human capital, tapi syaratnya positivity ratenya (kasus terkonfirmasi positif Covid-19 pada anak) harus di bawah 5 persen," tegasnya.

Baca juga: Apakah Sekolah Tatap Muka Layak Dimulai Juli Ini? Ini Kata Epidemiolog

 

Pasalnya, berdasarkan data IDAI menunjukkan bahwa proporsi kasus konfirmasi Covid-19 pada anak usia 0-18 tahun mencapai 12,5 persen.

Dengan begitu, artinya 1 dari 8 kasus konfirmasi Covid-19 adalah anak-anak.

"Jadi ini kematian (anak akibat infeksi Covid-19) yang paling di dunia," jelas Prof Aman.

Sementara, data tingkat kematian Covid-19 pada anak, atau case fatality rate pada usia itu juga meningkat mencapai 3-5 persen.

 

Baca juga: Sekolah Tatap Muka Diizinkan Januari 2021, Epidemiolog: Tidak Berbasis Kesehatan

Uji coba sekolah tatap muka tahap dua di SDN Duri Kepa 03, Jakarta Barat, Rabu (9/6/2021).).Kompas.com/Sonya Teresa Uji coba sekolah tatap muka tahap dua di SDN Duri Kepa 03, Jakarta Barat, Rabu (9/6/2021).).

"Jadi bisa dibayangkan, 1 dari 8 anak terinfeksi dan yang meninggal 3-5 persen, dan ini yang saya katakan betul-betul, dan jumlah kematiannya ini bervariasi setiap minggu," ujarnya.

Selanjutnya, data dari Dinas Kesehatan DKI per 17 Juni 2021, dalam sehari saja bertambah  661 anak yang terkonfirmasi positif, dengan 144 di antaranya berusia balita.

Prof Aman menegaskan, data Dinkes DKI Jakarta yang diambil ini karena merupakan yang paling lengkap mengenai kasus infeksi Covid-19 pada anak dibandingkan wilayah-wilayah lain, karena testing yang dilakukan banyak.

Sementara, kata dia, di wilayah-wilayah lain testing Covid-19 terhadap anak-anak masih relatif sedikit atau kurang masif dilakukan, tetapi diduga angka kasus infeksi Covid-19 pada anak di wilayah lain juga tinggi saat ini.

Baca juga: Sekolah Tatap Muka Juli 2021, Bagaimana Risiko Anak Terinfeksi Corona?

 

Prof Aman juga menyinggung perihal pelaksanaan sekolah tatap muka yang masih akan tetap dilaksanakan di wilayah kategori zona hijau Covid-19.

Menurut dia, saat ini sekolah tatap muka itu tidak aman untuk di wilayah mana saja.

Sebab, wilayah zona Covid-19 itu tidak jelas, sebab banyak masyarakat yang masih hilir-mudik dari satu zona ke zona lainnya, baik itu merah ke hijau, ataupun sebaliknya.

"Kami rasa sekarang tidak ada yang namanya zona hijau, zona hijau itu. Semua sama. Risiko penularan (Covid-19) sama. Pembatasan pergerakannya (individu masyarakat) saja tidak jelas," pungkasnya.

Baca juga: Wacana Sekolah Tatap Muka di Bekasi, Epidemiolog Ingatkan Risiko Penularan Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com