Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lukisan Goa Tertua di Sulawesi Terancam Rusak, Ilmuwan Ungkap Kondisinya

Kompas.com - 18/05/2021, 18:33 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penelitian terbaru menemukan bahwa lukisan atau gambar cadas goa di situs prasejarah Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan, terancam mengalami kerusakan dan hilang akibat perubahan iklim.

Padahal, gambar cadas di situs Maros-Pangkep ini disebut sebagai lukisan goa tertua di dunia. 

Arkeolog Balai Arkeologi Makassar, Budianto Hakim menjelaskan, Maros-Pangkep merupakan kawasan situs arkeologi yang memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri.

"Kawasan ini memiliki lukisan prasejarah tertua di dunia dan memiliki bentangan karst yang terpanjang dan terindah kedua di dunia setelah China," kata Budianto seperti pemberitaan Kompas.com, Sabtu (27/5/2021).

Ada pun gambar atau lukisan cadas yang berhasil ditemukan adalah gambar tangan, babi, anoa, jejeran gambar tangan negatif jari runcing, burung podang, burung belibis, ikan baronang, gurita, dan gambar kaki negatif.

Baca juga: Perubahan Iklim Mengancam Keberadaan Lukisan Goa Tertua di Sulawesi

Selain itu, ada juga gambar theriantropik yakni gambar manusia dengan ekor dan memiliki paruh. Theriantropik ini dikenal menggambarkan pemburu manusia yang memakai kulit, topeng atau bagian tubuh hewan lainnya sebagai kamuflase.

Menariknya lagi; lukisan cadas tentang perburuan di Leang Bulu Sipong 4, salah satu situs prasejarah di kawasan Maros Pangkep, ini sudah berusia sekitar 44.000 tahun dan dinobatkan sebagai lukisan cadas tertua di dunia.

Namun kini, lukisan goa tertua tersebut, menurut studi yang dipublikasikan di Scientific Reports, mengalami penurunan kondisi pada tingkat yang mengkhawatirkan, disinyalir akibat dampak dari perubahan iklim. 

Mengutip IFL Science, Senin (17/5/2021), seni cadas tersebut terancam oleh pelapukan agresif yang disebabkan oleh krisis iklim yang menyebabkan degradasi permukan goa batu kapur tempat kedua lukisan itu berada.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Dr Jillian Huntley, ahli konservasi seni cadas dari Pusat Penelitian Sosial dan Budaya Griffith di Australia pun kemudian menyadari jika perubahan iklim tersebut bisa berimbas pada lukisan-lukisan goa tertua, seperti lukisan cadas tertua di dunia yang berada di Sulawesi.

Baca juga: Lukisan Goa Tertua Sulawesi, Ungkap Migrasi Manusia Purba di Indonesia

Pakar seni cadas Indonesia dari Arkenas, Adhi Agus Oktaviana mengatakan, perubahan iklim yang terjadi dapat membuat produksi garam geologi semakin meningkat, dan berisiko meningkatkan pengelupasan dinding goa.

"Perubahan iklim dari musim panas danhujan yang berlangsung ribuan tahun amat mempengaruhi laju kerusakan gambar cadas di Maros-Pangkep (proses pengelupasan kulit dinding goa oleh proses penggaraman),"  kata Adhi kepada Kompas.com, Minggu (16/5/2021).

Kondisi kerusakan lukisan cadas goa di Maros-Pangkep

Tingkat kerusakan pada lukisan goa di situs Leang Pattae, Maros-Pangkep.Tingkat kerusakan pada lukisan goa di situs Leang Pattae, Maros-Pangkep. Tingkat kerusakan pada lukisan goa di situs Leang Pattae, Maros-Pangkep.

Pengkaji Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sulawesi Selatan, Rustan Lebe berkata bahwa kondisi atau pengaruh perubahan iklim dikhawatirkan membuat gambar cadas semakin banyak yang rusak.

Disampaikan Rustan, terkait dengan tingkat kerusakan yang terjadi, kita sebenarnya belum ada standar atau kategorisasi tingkatannya.

"Namun jika diamati secara fisik, dan prediksi ke depannya, memang sangat mengkhawatirkan," kata Rustan kepada Kompas.com, Senin (17/5/2021).

Peresapan, kapilarisasi, pengendapan dan pelarutan mineral garam alam mendesak kulit batu goa di situs Maros-Pangkep untuk mengelupas.

"Kerusakan yang terjadi cukup masif adalah pengelupasan kulit batu yang merupakan media melekatnya gambar," imbuhnya.

Selain itu, kerusakan akibat pertumbuhan organisme seperti ganggang, lumut, jamur kerak, dan sarang serangga juga dianggap cukup berperan.

Baca juga: Makna Penting di Balik Lukisan 44.000 Tahun di Gua Sulawesi

Antisipasi kerusakan gambar cadas Maros-Pangkep berlanjut

Jika tidak ingin kerusakan yang terjadi ini terus berlanjut, maka para peneliti juga mengingatkan harus dilakukan antisipasi dari semua pihak.

Menurut Adhi, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi percepatan kerusakan lukisan cadas goa di dinding batu kapur situs-situs Maros-Pangkep ini.

1. Kajian laju kerusakan

Antisipasi pertama yang dilakukan saat ini adalah BPCB Makassar mengadakan kajian laju kerusakan gambar cadas di beberapa situs di Maros Pangkep. Kajian ini sudah berjalan beberapa tahun ini. 

2. Perketat peraturan dan pemeliharaan

Sebagai tindakan antisipasi berikutnya, BPCB juga harus menempatkan juru pelihara situs-situs gambar cadas yang baru ditemukan.

Tidak hanya itu, kesadaran pengunjung juga perlu ditingkatkan, antara lain dengan mengatur jumlah pengunjung yang datang ke situs, serta melarang pengunjung merokok di goa atau menyentuh gambar cadasnya.

Pemeliharan juga bisa dilakukan dengan meningkatkan kehati-hatian terhadap keutuhan gambar cadas yang merupakan warisan budaya kita.

"Kalau dari peneliti seperti saya, setiap tahun jika kembali ke goa yang sama melakukan perekaman ulang sehingga ada rekaman tiap tahun mengenai kondisi gambar cadasnya," jelas Adhi.

Baca juga: 3 Situs Arkeologi Bisa Dijelajah Secara Virtual, Dari Maros Pangkep hingga Gua Harimau

3, Alternatif sarana edukasi

Dalam rangka pelestarian, kata dia, juga bisa dilakukan pembuatan virtual situs di kawasan tersebut oleh Arkenas.

BPCB Makassar dan Balai Konservasi Borobudur telah melakukan pembuatan tiga dimensi (3D) situs-situs di Maros-Pangkep. Pembuatan tur virtual situs ini akan bisa dimanfaatkan untuk destinasi pendidikan bagi masyarakat, dengan lebih detail dan jelas informasi serta gambarnya, meskipun masyarakat tidak langsung menelusuri goa tersebut.

Ada juga pembuatan komik Leang Bulu Sipong 4 oleh Dirjen Kebudayaan Kemendikbud.

"Jadi upaya awareness (kesadaran) terhadap warisan budaya gambar cadas semakin terdiseminasi ke masyarakat umum terutama ke anak-anak muda," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com