Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Cumi-cumi Raksasa Inspirasi Legenda Kraken

Kompas.com - 05/05/2021, 20:30 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Legenda Kraken dikisahkan sebagai makhluk mengerikan dengan tubuh sebesar pulau yang mengintai pelaut di samudera yang luas. Mungkin tak banyak yang tahu bahwa legenda yang diceritakan selama ribuan tahun itu ternyata terinspirasi oleh spesies cumi-cumi raksasa.

Mengutip Live Science, Rabu (5/5/2021) meski digambarkan sebagai makhluk raksasa, kenyataannya Architeuthis dux memiliki ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan penggambaran mitologi Kraken.

Sebab, di dunia nyata, A.dux, cumi-cumi terbesar di dunia ini mampu tumbuh dengan panjang sekitar 14 meter.

Terlepas dari ukuran jumbonya itu, cephalopoda ini memang merupakan makhluk laut yang misterius karena hampir tak pernah terlihat.

Baca juga: Peneliti Ungkap Gumpalan Misterius Penuh Embrio Cumi-cumi di Norwegia

 

 

Sebagian besar pengamatan berasal ketika cumi-cumi raksasa ini mati atau sekarat di pantai.

Namun satu dokumentasi berhasil dibuat pada 2012 saat tim ilmuwan kelautan memfilmkan A.dux muda di habitat aslinya, sekitar 630 meter di bawah laut selatan Jepang.

Setelah itu, cumi-cumi raksasa kembali dapat tertangkap kamera di habitat alaminya pada 2019 di Teluk Meksiko.

Dan sekarang sebuah penelitian yang dipublikasikan secara daring di jurnal Deep Sea Research Part 1: Oceanographic Research Papers melakukan analisi mengapa raksasa itu begitu sulit temui.

Baca juga: Hilang Selama Revolusi Hongaria, Fosil Cumi-cumi Vampir Ditemukan

 

Peneliti menyebut jika penyebabnya adalah lantaran matanya yang sangat besar.

Cumi-cumi raksasa dapat hidup ribuan kaki di bawah permukaan laut. Sangat sedikit sinar matahari yang dapat menembus kedalaman itu.

Untuk beradaptasi, cumi-cumi raksasa mengembangkan mata terbesar di dunia hewan. Masing-masing mata cephalopoda itu sebesar bola basket, kira-kira tiga kali diameter hewan lain.

Mata besar tak hanya membantu cumi-cumi raksasa berjalan di sekitar laut yang dalam dan gelap tetapi juga membuatnya sangat sensitif terhadap cahaya terang yang dipasang peneliti kelautan di kapal selam dan kamera bawah air mereka.

Kepekaaan tersebut dapat menjelaskan mengapa cumi-cumi raksasa sangat sulit ditemukan di habitat aslinya.

Baca juga: Temuan Langka, Cumi-Cumi Raksasa Terdampar di Pantai Afrika Selatan

Ilustrasi Cumi-cumiSHUTTERSTOCK Ilustrasi Cumi-cumi

 

Saat kendaraan peneliti mencapai habitat, cumi-cumi telah lama melarikan dari cahaya dan getaran yang dihasilkan dari kendaraan penelitian.

Untuk mengakali pencahayaan yang berlebih, peneliti kemudian mematikan lampu di kapal selam mereka selama proses pembuatan dokumentasi pada 2012 silam.

Setelah mencapai kedalaman yang diinginkan, kapal selam bernama Medusa itu mematikan lampu dan berhenti bergerak, membiarkan A.dux datang. Selain itu, tim peneliti menerangi kamera dengan lampu merah redup.

"Banyak spesies laut dalam, termasuk cumi-cumi, memiliki sistem visual monokromatik yang disesuaikan dengan bioluminesensi biru (cahaya) dan biru daripada cahaya merah panjang gelombang," tulis para peneliti dalam penelitian ini.

"Dengan demikian, penggunaan lampu merah mungkin menjadi metode yang tidak terlalu mencolok untuk menerangi spesies laut dalam untuk videografi," tulis peneliti lagi.

Baca juga: Kamasutera Satwa: Cumi-cumi Jantan Akan Berubah Warna Menjelang Kawin

 

Untuk menarik perhatian cumi-cumi, peneliti pada saat itu juga melengkapi kapal selam dengan umpan khusus yang disebut E-Jelly.

Umpan berupa lingkaran kecil dengan lampu neon biru pada ujung-ujungnya itu kemudian berputar dan menirukan gerakan ubur-ubur bercahaya.

Umpan tersebut berhasil menarik A.dux keluar dari kegelapan pada tahun 2012 dan 2019. Saat itu, cumi-cumi juga sempat terkecoh dan melakukan penyerangan terhadap umpan.

Namun upaya tersebut rupanya menjadi sebuah keuntungan karena peneliti akhirnya dapat mengukur tentakel cumi-cumi yang memiliki panjang 1,8 meter.

Hal tersebut akhirnya menunjukkan bahwa penggabungan antara peralatan minim cahaya dengan umpan bercahaya nampaknya merupakan metode yang diketahui paling efektif untuk menarik perhatian A.dux.

Metode ini akan berguna untuk penelitian di masa depan mengingat masih banyak hal yang harus dipelajari mengenai perilaku 'kraken', si cumi-cumi raksasa, di habitat aslinya.

Baca juga: Peneliti Ungkap Gumpalan Misterius Penuh Embrio Cumi-cumi di Norwegia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com