Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tsunami Covid-19 di India Mengkhawatirkan Vaksinasi Dunia, Kok Bisa?

Kompas.com - 02/05/2021, 19:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Program vaksinasi di India berjalan lamban. Sejauh ini kurang dari 10% penduduknya telah mendapat vaksin dosis pertama dan kurang dari 2% mendapat dosis penuh.

Itulah gambaran yang terjadi dalam program vaksinasi di India, meskipun negara itu menjadi markas dari produsen vaksin terbesar di dunia, yakni Serum Institute of India.

Faktor tersebut juga bisa menjelaskan mengapa lonjakan kasus di India juga berdampak pada negara-negara lain di dunia.

Sebagai contoh, pada Maret lalu ketika kasus mulai meningkat di sana, pihak berwenang setempat menghentikan sementara ekspor vaksin Oxford-AstraZeneca.

Baca juga: 6 Pertanyaan Covid-19 India: Seperti Apa Varian Barunya hingga Vaksin?

Larangan ekspor itu mencakup alokasi vaksin untuk skema PBB, Covax, yang ditujukan kepada negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.

Kebijakan tersebut tentu akan berdampak pada program vaksinasi di banyak negara. Pasalnya, India akan mengalokasikan lebih banyak vaksin untuk keperluan domestik, ketimbang mengekspornya, di tengah upaya menggenjot produksi.

Dalam situasi yang genting ini, para ilmuwan mengingatkan bahwa vaksinasi adalah prioritas.

"Kita harus menggalakkan vaksinasi secepat mungkin, jika tidak virus akan mencoba dan melakukan semua cara untuk terus menyebar dari satu orang ke orang lainnya," kata ilmuwan WHO, Dr Soumya Swaminathan.

Secara global, pandemi ini belum menunjukkan tanda-tanda berakhir, setelah virus menghancurkan negara demi negara.

Dengan demikian, lapor wartawan BBC News urusan sains global, Rebecca Morelle, situasi di India merupakan pengingat suram bahwa tak seorang pun di dunia aman sampai semua orang aman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com