Selain itu, siklon tropis ini juga menyebabkan terjadinya gelombang tinggi di wilayah perairan sekitar sistem badai tropis ini, seperti Laut Sawu, Laut Timor dan Selat Sumba.
Dampak siklon tropis berdampak secara langsung, puncaknya pada tanggal 4 - 5 April, hal ini bisa dilihat dengan curah hujan dalam kategori ekstrim tercatat oleh BMKG lebih dari 150 mm di beberapa stasiun di Nusa Tenggara Timur.
Baca juga: Sabu Raijua hingga Manggarai, Ini Daftar Wilayah Waspada Cuaca Ekstrem di NTT
Faktor pemicu berikutnya adalah kondisi kelembapan udara yang terjadi di sekitar wilayah tersebut.
Dijelaskan Riefda, kondisi kelembaban udara di atmosfer sekitarnya yang tinggi dimulai dari lapisan bawah hingga atas.
Kelembapan udara ini mendukung pertumbuhan badai hingga mencapai kategori badai tropis pada hari Senin, 5 April 2021 pukul 01.00 WIB atau 03.00 WIT.
Faktor pemicu ketiga adalah kecepatan angin permukaan, di mana berdasarkan catatan BMKG, kecepatan angin permukaan maksimal adalah 55 knot per 100 kilometer per jam.
Sementara itu, tinggi gelombang yang tercatat adalah mencapai 7 meter.
"Kondisi tersebut menandakan tidak disarankan untuk melakukan aktivitas penerbangan dan penyebrangan ke wilayah tersebut saat siklon tersebut melintas," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.