Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Faktor Penyebab Cuaca Ekstrem dan Banjir di NTT, BMKG Jelaskan

Kompas.com - 05/04/2021, 16:58 WIB
Ellyvon Pranita,
Shierine Wangsa Wibawa

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nusa Tenggara Timur (NTT) dilanda cuaca ekstrem, banjir, longsor, angin kencang hingga gelombang tinggi dalam lima hari ini.

Sejak 30 Maret hingga 4 April 2021, cuaca di beberapa kecamatan dan kabupaten NTT memang tak sedang bersahabat.

Bahkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan ada 41 orang yang meninggal.

Tagar #PrayforNTT pun menjadi trending di Twitter Indonesia hingga hari ini, Senin (5/4/2021).

Lantas apa saja faktor penyebab badai dan banjir di NTT tersebut?

Baca juga: Selain NTT, Daftar Provinsi di Indonesia Alami Cuaca Ekstrem dari Jabodetabek hingga Lampung

Menjawab persoalan ini, Forecaster Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Riefda Nofikarany mengatakan bahwa hujan intensitas lebat hingga ekstrem sangat berpengaruh terhadap bencana ini.

"Telah terjadi hujan dengan intensitas lebat hingga ekstrem yaitu di atas 150 mm di wilayah NTT selama empat hari," kata Riefda kepada Kompas.com, Senin (5/4/2021).

Dalam periode tersebut, curah hujan tertinggi selama dua hari berturut-turut terukur di Stasiun Meteorologi Eltari sebesar 241 mm dan 306 mm.

Berikutnya adalah di Stasiun Klimatologi Kupang yaitu sebesar 230,2 mm dan 332.1 mm.

"Hal ini menyebabkan bencana hidrometeorologis, yaitu banjir bandang angin kencang, dan tanah longsor di sebagian besar wilayah NTT," ujarnya.

Baca juga: BMKG: Siklon Tropis Seroja Berpeluang Picu Hujan Lebat hingga Gelombang Tinggi

Adapun beberapa faktor pemicu cuaca ekstrem berupa hujan intensitas lebat hingga ekstrem di NTT adalah:

1. Badai Tropis Seroja

Riefda mengatakan, faktor penggerak cuaca yang dominan memengaruhi antara lain Badai Tropis Seroja yang mulai tumbuh sebagai bibit badai tropis 99S pada Jumat, 2 April 2021, di sekitar Laut Sawu, NTT.

Sepanjang pertumbuhannya, Bibit 99S ini bergerak ke arah Timur - Tenggara. 

Kondisi suhu muka laut di sekitar Laut Sawu yang hangat mencapai 30 derajat celcius menjadi sumber asupan utama dari bibit badai tropis untuk tumbuh menjadi badai tropis. 

"Sejak tumbuh sebagai bibit badai tropis, sistem ini sudah menyebabkan terjadinya hujan lebat bahkan hingga ekstrem yang disertai angin kencang di wilayah NTT," tuturnya.

Selain itu, siklon tropis ini juga menyebabkan terjadinya gelombang tinggi di wilayah perairan sekitar sistem badai tropis ini, seperti Laut Sawu, Laut Timor dan Selat Sumba.

Dampak siklon tropis berdampak secara langsung, puncaknya pada tanggal 4 - 5 April, hal ini bisa dilihat dengan  curah hujan dalam kategori ekstrim tercatat oleh BMKG lebih dari 150 mm di beberapa stasiun di Nusa Tenggara Timur.

Baca juga: Sabu Raijua hingga Manggarai, Ini Daftar Wilayah Waspada Cuaca Ekstrem di NTT

2. Kelembapan Udara

Faktor pemicu berikutnya adalah kondisi kelembapan udara yang terjadi di sekitar wilayah tersebut.

Dijelaskan Riefda, kondisi kelembaban udara di atmosfer sekitarnya yang tinggi dimulai dari lapisan bawah hingga atas.

Kelembapan udara ini mendukung pertumbuhan badai hingga mencapai kategori badai tropis pada hari Senin, 5 April 2021 pukul 01.00 WIB atau 03.00 WIT. 

3. Kecepatan angin

Faktor pemicu ketiga adalah kecepatan angin permukaan, di mana berdasarkan catatan BMKG, kecepatan angin permukaan maksimal adalah 55 knot per 100 kilometer per jam.

Sementara itu, tinggi gelombang yang tercatat adalah mencapai 7 meter.

"Kondisi tersebut menandakan tidak disarankan untuk melakukan aktivitas penerbangan dan penyebrangan ke wilayah tersebut saat siklon tersebut melintas," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com