Alhasil, pertemuan tatap muka baik dalam persoalan kerja maupun pembelajaran sekolah juga dibatasi dan beralih melalui virtual atau daring.
"Anak-anak belajar jarak jauh secara daring, sedangkan kelompok dewasa juga bertumpu pada gadget untuk bekerja dan bersosialisasi. Artinya, semua kalangan usia semakin berpotensi terserang miopia," ujarnya.
Gusti mengingatkan agar orang dengan gangguan mata minus atau miopia haruslah segera ke rumah sakit atau klinik khusus mata agar mendapatkan tindakan dan penanganan menyeluruh yang tepat.
Baca juga: Peneliti Kembangkan Obat Tetes Untuk Perbaiki Mata Minus Tanpa Operasi
Sebab, bukan hanya saja membuat penderitanya tak nyaman ketika beraktivitas, tetapi jika tidak diatasi segera maka miopia bisa menyebabkan komplikasi lanjutan. Diantaranya sebagai berikut.
"Bahkan, ada kondisi miopia yang bisa sampai mengalami komplikasi kebutaan," ucap dia.
Oleh karena itu, ia mengimbau untuk mewaspadai beberapa gejala miopia yang terkesan remeh dan cenderung banyak tidak disadari. Antara lain:
"Pemeriksaan mata secara berkala, minimal 6 sampai 12 bulan sekali menjadi kunci (mengatasi gangguan mata minus atau miopia agar tidak komplikasi)," tuturnya.
Baca juga: Kebiasaan Menatap Layar Komputer Sebabkan Mata Minus?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.