Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setahun Pandemi Virus Corona, Manakah Vaksin Covid-19 Terbaik?

Kompas.com - 02/03/2021, 09:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber Nature


KOMPAS.com- Vaksin Covid-19 masih dianggap harapan terbaik untuk mengakhiri pandemi virus corona yang sudah setahun ini menjadi mimpi buruk bagi dunia.

Para ilmuwan yakin bahwa vaksin adalah senjata yang dapat menjadi perisai bagi dunia untuk terlindung dari infeksi virus penyebab Covid-19 dan diyakini dapat mendorong terwujudnya herd immunity atau kekebalan kelompok yang akan mampu mengendalikan pandemi.

Virus corona adalah mimpi buruk sepanjang tahun 2020, yang pertama kali terdeteksi pada akhir tahun 2019 di China. Para peneliti dan ilmuwan di seluruh dunia mulai berlomba dengan waktu untuk menemukan obat dan vaksin.

Di awal tahun 2021, vaksin Pfizer-BioNTech, Moderna, Sputnik V, Oxford-AstraZeneca dan Sinovac telah menjadi kelompok vaksin Covid pertama yang dipergunakan secara darurat di sejumlah negara di dunia untuk mengatasi pandemi Covid-19.

Kandidat vaksin corona lainnya yang mulai mendapat lampu hijau dari FDA Amerika Serikat untuk penggunaan darurat yakni vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Johnson & Johnson.

Baca juga: Membayangkan Akhir Pandemi Virus Corona Covid-19 yang Lebih Realistis

Kendati beberapa vaksin Covid-19 telah diluncurkan secara luas, namun masih memerlukan waktu berbulan-bulan sebelum vaksin-vaksin tersebut dapat diberikan peringkat mana yang terbaik.

Lantas, manakah vaksin Covid-19 terbaik untuk mengatasi pandemi virus corona saat ini?

Pertanyaan tersebut mulai banyak diperbincangkan di kalangan para ahli, dan para pemimpin di seluruh dunia.

Yusuff Adebayo Adebisi, direktur African Young Leaders for Global Health, organisasi non-profit yang berbasis di Abuja, Nigeria tahu bahwa vaksin dengan efikasi 70 persen dapat memberikan perlindungan terhadap Covid-19.

Baca juga: Apakah Vaksinasi Covid-19 Berhasil Berdampak pada Pandemi Virus Corona?

Bahkan, vaksin tersebut dapat menjadi alat yang berharga untuk melawan pandemi corona di Nigeria. Terutama jika vaksin Covid ini murah dan tidak harus disimpan pada suhu sangat dingin.

Akan tetapi, bagaimana dengan vaksin lain, yang lebih mahal untuk dibeli dan sulit disimpan namun efikasi vaksin 95 persen efektif?

"Haruskah kita mengirim vaksin kurang efektif (efikasi rendah) ke Afrika? Atau haruskah kita mencari cara untuk memperkuat penyimpanan dingin" tanya Adebisi, seperti dikutip dari Nature, Selasa (2/3/2021).

Pertanyaan itu banyak diutarakan para pemimpin negara saat mereka memeriksa pilihan vaksin Covid-19 dan mencoba memutuskan mana yang paling berguna untuk mengakhiri pandemi virus corona. 

Baca juga: Setahun Pandemi Virus Corona, Bagaimana Sistem Kekebalan Kita Melawan?

Ilustrasi pemberian vaksin corona, vaksin Covid-19, vaksinasi Covid-19 melawan pandemi virus corona.SHUTTERSTOCK/Africa Studio Ilustrasi pemberian vaksin corona, vaksin Covid-19, vaksinasi Covid-19 melawan pandemi virus corona.

Peneliti kesehatan masyarakat di Oswaldo Cruz Foundation di Rio de Janeiro, Brasil, Cristina Possas mengatakan bahwa ini adalah keputusan yang dibentuk karena terbatasnya persediaan vaksin corona, serta terhambat oleh data yang terbatas.

"Pada saat ini, tidak mungkin membandingkan vaksin-vaksin tersebut," kata Possas.

Vaksin Covid terbaik

Perlu digarisbawahi bahwa permintaan akan vaksin Covid-19 sangat tinggi, bahkan dituntut untuk produksi cepat, sementara pasokan sangat terbatas.

Tentunya, setiap upaya untuk menentukan peringkat vaksin virus corona ini tidak hanya memperhitungkan efektivitas yang dilaporkan.

Baca juga: Kematian Covid-19 Tembus 2 Juta, Varian Baru Virus Corona bisa Perburuk Pandemi

Akan tetapi juga pasokan, biaya, logistik distribusi, daya tahan perlindungan yang ditawarkan, dan kemampuan vaksin dalam melindungi dari varian baru virus yang muncul.

Kendati demikian, tak bisa dipungkiri bahwa untuk mengakhiri pandemi Covid-19 ini banyak orang yang mungkin merasa sulit untuk berpaling dari hasil uji klinis yang menunjukkan efikasi atau kemanjuran dari vaksin yang ada.

Sejauh ini, lebih dari 200 juta dosis vaksin virus corona telah didistribusikan untuk mempersenjatai dunia dalam mengatasi pandemi virus corona dan data hasil uji klinis telah bergulir di beberapa negara.

Hasil teratas dari studi vaksin menunjukkan serangkaian perlindungan dan posisi teratas itu dicapai Pfizer bersama rekannya dari Jerman, BioNTech. Efikasi vaksin Pfizer-BioNTech yang berbasis messenger RNA (mRNA) ini 95 persen efektif melindungi dari infeksi Covid-19.

Baca juga: Pandemi Covid-19 Akan Jadi Endemik, Apa Bedanya dengan Pandemik?

Sedangkan efikasi vaksin buatan para ilmuwan Oxford University dan AstraZeneca dari Cambridge, Inggris, memberi perlindungan sebesar 70 persen.

"Ini (efikasi tinggi) mungkin menggiurkan, tetapi tidak mungkin untuk membandingkan langsung keefektifan vaksin berdasarkan hasil itu saja," kata David Kennedy, ahli ekologi dan evolusi penyakit menular di Pennsylvania State University di University Park.

Kennedy mengingatkan bahwa setiap ukuran kemanjuran vaksin Covid memiliki tingkat ketidakpastian dan uji coba vaksin mungkin memiliki definisi kriteria penting yang berbeda dan bergantung pada berbagai indikator sebagai berikut.

Baca juga: Pakar UGM: Virus Nipah Potensi Pandemi Baru, Bagaimana Mencegahnya?

Ilustrasi Covid-19, pandemi virus corona, pandemi Covid-19.PEXELS/ANNA SHVETS Ilustrasi Covid-19, pandemi virus corona, pandemi Covid-19.

1. Demografi uji coba vaksin Covid-19

Seperti dalam kasus vaksin Oxford-AstraZeneca, yang mana para pengembang mengumpulkan sedikit data tentang kemanjuran vaksin di antara kelompok usia lanjut (lansia) di atas 65 tahun.

Hal ini membuat Jerman mengesahkan vaksin hanya untuk mereka yang berusia di bawah 65 tahun, meskipun European Medicines Agency telah merekomendasikannya untuk semua orang dewasa.

2. Waktu studi setiap vaksin berbeda

Vaksin dipelajari pada waktu yang berbeda di berbagai negara. Kennedy mengatakan bahwa setiap percobaan hanya dapat memberikan gambaran singkat tentang perlindungan terhadap varian virus yang dominan pada waktu atau tempat itu.

"Angka itu berkaitan dengan titik waktu tertentu. Bagaimana hal itu diterjemahkan menjadi perlindungan selama satu hingga dua tahun tidaklah sama," imbuh dia.

Baca juga: 4 Skenario Asal Mula Virus Corona di Wuhan Menurut WHO

Kondisi ini sangat relevan saat dunia mulai dihadapkan dengan munculnya varian baru virus corona, yang beberapa di antaranya tampak menghindari respons kekebalan tubuh yang dirangsang oleh vaksin.

B.1.351, strain baru virus corona yang paling disoroti di tengah pandei Covid-19 saat ini. Varian baru corona yang kali pertama muncul pada Desember 2020 lalu di Afrika Selatan itu, kini telah menyebar dengan cepat ke seluruh negara di dunia.

Studi laboratorium dan data uji klinis menunjukkan bahwa sebagian besar vaksin masih akan memberikan perlindungan yang signifikan.

Kecuali vaksin AstraZeneca, yang dalam analisis pertama terhadap 2.000 orang di Afrika Selatan, vaksin Covid ini tidak mampu memberi perlindungan dari Covid-19 varian baru, baik yang ringan maupun sedang.

Baca juga: Di Tengah Pandemi Corona, Ilmuwan Coba Kembangkan Vaksin Tahan Panas dan Dingin

Dunia masih menunggu data penting tentang vaksin yang telah diluncurkan saat ini, kata Jerome Kim, direktur jenderal International Vaccine Institute di Seoul, Korea Selatan.

Data awal dari hasil kampanye vaksinasi besar-besaran Israel menunjukkan bahwa vaksin Pfizer bertahan, tetapi perlu waktu berbulan-bulan untuk mengumpulkan data serupa tentang vaksin lain.

Para peneliti juga mulai menguji berbagai dosis, jadwal, dan kombinasi vaksin corona.

Mereka masih belum tahu berapa lama kekebalan yang distimulus oleh vaksin Covid-19 akan bertahan, atau seberapa baik vaksin dapat mengurangi penyebaran virus, semua adalah faktor yang dianggap dapat menunjukkan mana vaksin terbaik untuk mengatasi pandemi virus corona ini.

Baca juga: WHO: Pandemi Virus Corona Lebih Mudah Diatasi Dibandingkan Flu Spanyol

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com