Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ma'rufin Sudibyo

Orang biasa saja yang gemar melihat bintang dan menekuri Bumi.

Menyibak Jatuhnya Meteorit di Lampung Tengah

Kompas.com - 02/02/2021, 19:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Rekonstruksi

Temuan dua meteorit menjadi indikasi adanya zona sebaran (strewnfield) dalam Peristiwa Lampung Tengah, serupa dengan Peristiwa Tapanuli Tengah lima bulan sebelumnya.

Zona sebaran di Lampung Tengah membujur dalam arah utara–selatan dengan panjang sedikitnya 3 kilometer.

Meteorit terberat ditemukan di ujung selatan sementara yang lebih ringan di ujung utara.

Berdasarkan data tersebut dan mengacu persamaan Collins dkk (2005), maka meteor yang terlibat pada Peristiwa Lampung Tengah datang dari arah utara dan dari elevasi ~20º.

Berbekal informasi tersebut serta ditunjang tipe meteorit, koordinat lokasi zona sebaran dan waktu kejadian maka kita dapat merekonstruksi asalnya.

Meteorit Lampung tengah semula merupakan meteoroid yang melaju secepat ~20 km/detik tepat saat memasuki pucuk lapisan udara Bumi di ketinggian 120 km.

Rekonstruksi orbit mengindikasikan meteoroid Lampung Tengah semula beredar mengelilingi Matahari sebagai bagian kelompok asteroid–dekat Bumi kelas Apollo.

Sehingga, orbitnya merentang di antara orbit Bumi hingga bagian tengah kawasan Sabuk Asteroid Utama.

Orbit meteoroid Lampung Tengah membentuk inklinasi ~16º terhadap ekliptika dengan periode revolusi ~3,3 tahun.

Tentu saja angka–angka ini hanya perkiraan sangat kasar. Mengingat, rekonstruksi orbit meteoroid membutuhkan minimal dua rekaman video ketampakan meteornya yang lantas ditriangulasi.

Namun, angka–angka tersebut setidaknya memberikan gambaran betapa tamu dari langit ini sesungguhnya berasal dari kawasan tata surya kita juga.

Massa meteoroid Lampung Tengah mungkin di sekitar 5 ton dengan prakiraan diameter ~1 meter.

Saat memasuki atmosfer Bumi, meteoroid berpijar terang menjadi meteor–terang (fireball) hingga mencapai magnitudo –9 dan mengangkut energi 0,2 kiloton TNT.

Tingkat energi yang tergolong kecil dalam khasanah tumbukan benda langit. Namun, jauh lebih terang dibandingkan Venus sehingga mudah dilihat di malam hari.

Pada ketinggian 35 hingga 40 km, tekanan ram mulai melampaui batas kekuatan materi meteor.

Sehingga mulai terjadi pemecahbelahan yang segera mencapai puncaknya dan disusul pelepasan energi yang menyerupai ledakan di udara (airburst) pada energi ~0,2 kiloton TNT yang tergolong kecil.

Airburst melepaskan gelombang kejut dan terdengar sebagai suara dentuman. Karena merupakan gelombang akustik, maka sebagian kecil diantaranya akan berubah menjadi gelombang seismik manakala telah menyentuh paras Bumi.

Gelombang seismik tersebut yang terekam pada sensor–sensor seismometer terdekat. Dengan energi airburst sekecil itu, dampak gelombang kejutnya dan sinar sama sekali tak menyentuh wilayah Punggur.

Baca juga: Air Rendaman Batu Meteorit yang Jatuh di Lampung Diburu Warga, Ahli Jelaskan Kandungannya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com