Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Spesies Nyamuk Asia di Afrika Timur Berpotensi Memicu Lonjakan Kasus Malaria

Kompas.com - 29/01/2021, 16:05 WIB
Bestari Kumala Dewi

Penulis

KOMPAS.com - Para ilmuwan baru-baru ini mengamati bahwa spesies nyamuk Asia tampak semakin umum di lingkungan perkotaan tertentu di Afrika Timur.

Sayangnya, penelitian baru yang dirilis minggu ini menunjukkan bahwa spesies nyamuk Asia yang invasif sangat rentan terhadap jenis malaria lokal.

Melansir IFL Science, peneliti lebih lanjut juga menyoroti ketakutan bahwa spesies nyamuk ini dapat segera memicu peningkatan kasus malaria perkotaan di Afrika Timur.

Baca juga: Mengapa Nyamuk Tertarik pada Darah Manusia? Ilmuwan Jelaskan

Sebagian besar kasus malaria di Afrika disebabkan oleh spesies nyamuk Anopheles gambiae dan Anopheles funestus, yang bertindak sebagai vektor yang sangat efektif, membawa parasit dari satu orang ke orang lain.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, spesies nyamuk baru telah menginvasi beberapa bagian Afrika Timur.

Anopheles stephensi adalah vektor utama malaria di perkotaan India dan sebagian Asia, tetapi kini tampaknya semakin berkembang di kota-kota besar di seluruh Ethiopia, Sudan, dan Djibouti.

Spesies ini tidak efektif dalam menyebarkan malaria, tetapi masalahnya spesies ini bisa beradaptasi dengan baik dengan kondisi perkotaan, karena dapat dengan mudah berkembang biak di wadah penyimpanan air, tidak hanya di perairan alami.

Penelitian baru, yang telah diterbitkan di Centers for Disease Control and Prevention journal Emerging Infectious Diseases ini, telah menemukan aspek mengkhawatirkan lain dari spesies invasif yang muncul di Afrika, yang secara mengejutkan mampu menangkap parasit malaria lokal.

Para peneliti mengumpulkan koloni An. stephensi dari sumber air lokal di Ethiopia dan koloni An. nyamuk arabiensis, kemudian memberi makan mereka dalam gelap dengan darah segar dari penderita malaria.

Yang mengejutkan, mereka menemukan proporsi invasif An. Stephensi yang signifikan untuk terinfeksi parasit malaria, dibandingkan dengan nyamuk An. Arabiensis.

"Itulah sebabnya kami melakukan percobaan pemberian makan nyamuk dengan darah pasien malaria Ethiopia. Ini memungkinkan kami untuk menentukan apakah parasit malaria lokal dapat berkembang pada nyamuk baru," kata Teun Bousema, penulis studi dan Profesor Epidemiologi Penyakit Infeksi Tropis di Radboud University Medical Center di Belanda.

Baca juga: Masih Corona, Begini Penanganan Malaria di Daerah Endemis Tinggi seperti Papua

Ilustrasi.SHUTTERSTOCK Ilustrasi.

"Yang mengejutkan kami, nyamuk Asia ternyata lebih rentan terhadap parasit malaria local, daripada koloni nyamuk Ethiopia kami. Nyamuk ini tampaknya menjadi penyebar yang sangat efisien dari dua spesies utama malaria."

Risiko nyamuk invasif baru ini belum jelas, tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membunyikan bel alarm peringatan.

Pada tahun 2019, mereka merilis laporan yang melihat potensi risiko spesies invasif Asia ini muncul di wilayah Afrika Timur dan mendesak dilakukannya tindakan segera, dengan tujuan pemusnahan total spesies tersebut dari daerah yang diserang.

“Pendekatan agresif untuk menargetkan nyamuk ini sekarang menjadi prioritas utama,” kata Dr Fitsam Tadesse, penulis utama studi dari Radboud Institute for Health Sciences.

Tadesse menegaskan, tindakan cepat harus dilakukan untuk dapat mencegah penyebaran ke daerah perkotaan lain di benua Afrika.

“Kita harus menargetkan pembasmian jentik nyamuk di tempat-tempat yang sekarang terjadi dan mencegah penyebaran nyamuk dari jarak jauh, misalnya melalui bandara dan pelabuhan laut. Jika itu gagal , risiko malaria perkotaan akan meningkat di sebagian besar Afrika."

Baca juga: Tren Malaria di Indonesia Meningkat, Ini Daftar Wilayah Kategori Endemis Tinggi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com