Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog Desak Sistem Testing Covid-19 Diperbaiki Sebelum Pandemi Makin Memburuk

Kompas.com - 23/01/2021, 17:30 WIB
Ellyvon Pranita,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menanggapi sistem testing Covid-19 di Indonesia yang dianggap salah selama ini, epidemiolog Indonesia di Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan, jika tidak segera diperbaiki maka pandemi Covid-19 di Tanah Air bisa semakin memburuk.

"Saya sudah ingatkan sejak awal pandemi," kata Dicky kepada Kompas.com, Jumat (22/1/2021).

Untuk diketahui, sebelumnya Menteri Kesehatan ( Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, sistem pemeriksaan (testing) Covid-19 di Indonesia salah secara epidemiologi.

Baca juga: Menkes Sebut Testing Covid-19 Indonesia Salah, Ini Kata Epidemiolog

Hal itu berpengaruh terhadap jumlah kasus Covid-19 yang terus bertambah, meski jumlah testing disebut sudah melampaui target WHO.

"Testing, tracing, dan treatment ( 3T) serta isolasi bagaikan menambal ban bocor. Tapi kita kan tidak disiplin. Cara testing-nya kita salah," ujar Budi dikutip dari acara "Vaksin dan Kita" yang diselenggarakan Komite Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Daerah Jawa Barat, yang ditayangkan kanal YouTube PRMN SuCi, Jumat (22/1/2021).

"Testing-nya banyak, tapi kok naik terus? Habis (yang) di-tes orang kayak saya, yang setiap kali mau ke Presiden dites, tadi malam, barusan saya di-swab. Sepekan saya bisa lima kali di-swab kalau masuk istana. Apakah benar (testing) seperti itu?" lanjutnya.

Menurut Dicky, tidak masalah melakukan testing sebelum bepergian, tetapi sebaiknya testing yang dilakukan untuk melengkapi syarat perjalanan atau kunjungan seperti itu tidak dimasukkan dalam laporan penghitungan data.

Seharusnya data laporan adalah input hasil dari testing pada orang suspek karena kontak erat dengan pasien positif terinfeksi, serta orang bergejala, dan reaktif pada tes rapid.

"Intervensi testing merupakan program utama dan penting dalam merespons suatu pandemi, termasuk Covid-19. Berawal dan berakhirnya suatu pandemi ditentukan oleh testing, " jeas Dicky.

Baca juga: Faktor Berikut Dapat Memengaruhi Hasil Tes Covid-19, Apa Saja?

Ilustrasi virus coronaSHUTTERSTOCK Ilustrasi virus corona
Oleh karena itu, sistematika ataupun mekanisme testing Covid-19 di Indonesia seharusnya segera diperbaiki.

"Kalau tidak segera cepat diubah, kita saat ini sudah di kondisi sangat serius, ya tentu memerlukan intervensi cepat, respons cepat," ujarnya.

Ia menambahkan, alasan lain intervensi perbaikan sistem testing Covid-19 di Indonesia harus cepat dilakukan karena kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini sudah tidak terkendali, meskipun program vaksinasi Covid-19 di Indonesia sudah mulai berjalan.

"Itu sudah jelas dari tes positive rate, itu situasinya tidak terkendali yang artinya kita enggak bisa berlama-lama lagi, kan kematian sudah banyak," jelasnya.

Baca juga: FDA Peringatkan, Hasil Tes Antigen Covid-19 Bisa Positif Palsu

Dicky menjelaskan, angka kematian yang sudah mencapai sekitar 300 atau lebih per hari dalam catatan resmi pemerintah turut menandakan situasi pandemi Covid-19 saat ini semakin parah dan tidak terkendali.

Sementara Dicky yakin bahwa sebenarnya jumlah yang ada tidak sedikit, kemungkinan ada lebih banyak kasus yang belum terdata, baik konfirmasi positif terinfeksi maupun kematian akibat infeksi virus SAR-CoV-2 penyebab Covid-19.

Hal itu karena masih banyak masyarakat yang terinfeksi tetapi tidak melaporkan diri, memeriksakan diri atau tidak tahu bahwa dirinya sedang terinfeksi, sehingga tidak tercatat.

Sebab, tidak masuk dalam basis sistematika pengumpulan data resmi pemerintah, yaitu melalui ratusan pelayanan kesehatan.

"Dan ini yang sesungguhnya terjadi. Sudah pasti ada yang tidak dilaporkan (masyarakat). Pasti banyak ya. Jadi kita tidak bisa menunda-nunda lagi. Kalau kita masih menunda-nunda, ya kita mengabaikan hak kesehatan masyarakat," kata dia.

"Testing ini harus segera diperbaiki dari sisi kualitas dan kuantitas, patokannya sudah jelas apa yang disampaikan. Pemerintah, apalagi orang kementerian kesehatan tentu paham sekali, tapi sekarang tinggal komitmennya," lanjutnya.

Baca juga: Tes Antigen Covid-19 Disetujui WHO, Pakar Desak Pemerintah Agresif

Menurut dia, komitmen para pemimpin untuk menerapkan testing secara kualitas dan kuantitas yang benar, tentu harus tanpa distraksi dengan tujuan-tujuan lain, seperti ekonomi, politik, dan lain-lainnya.

"Selama itu masih terdistraksi,  ya kita akan semakin jauh dari kata terkendali (pandemi Covid-19)," kata dia.

Dicky menegaskan, ancaman risiko tidak terkendalinya pandemi Covid -19 akibat intervensi dan sistematika testing yang tidak tepat, bukanlah sebuah ramalan.

"Itu adalah fakta-fakta sejarah pengendalian pandemi seperti itu dan yang saya sampaikan ini bukan teoretis, tapi berbasis pada apa yang sudah saya alami dari beberapa pengalaman langsung saya saat terlibat dalam pengendalian pandemi di Indonesia maupun pada level global," ucap dia.

Baca juga: Metode Tes Cepat Covid-19 Ini Diklaim Akhiri Pandemi dalam 6 Minggu, Kok Bisa?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com