KOMPAS.com - Ahli menyebutkan bahwa pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Jawa-Bali saja belum cukup untuk melandaikan kurva atau menekan laju penyebaran infeksi Covid-19 secara signifikan.
Hal ini disampaikan oleh Pakar Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman.
Menurut Dicky, PSBB hanyalah strategi tambahan dan masih memerlukan strategi utama agar dapat terlaksana dengan optimal untuk mencapai target memutuskan rantai penularan infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 dan menekan tren kasus konfirmasi hingga kematian.
Baca juga: Epidemiolog: PSBB Jawa-Bali Saja Tak Cukup Landaikan Kasus Covid-19
Berikut 8 hal yang bisa dilakukan bersamaan dengan kebijakan PSBB, agar dapat menekan laju penyebaran Covid-19 secara optimal.
Dikatakan Dicky, PSBB hanyalah strategi tambahan, pemerintah juga harus dan terus menegakkan strategi utama dalam mengatasi persoalan mingkatnya kasus infeksi Covid-19 di Indonesia.
"Artinya harus ada strategi utama yang harus dilakukan oleh pemerintah di setiap tingkatan, yaitu tidak ada yang lain selain peningkatan deteksi dini kasus (tracing), skrining, tes," kata dia.
Untuk lebih memperkuat-menekan laju kasus infeksi Covid-19 ini, tentunya harus diperkuat dari aspek fundamentalnya berupa 3T yaitu Tes, Tracing (Penelusuran), dan Treatment (Isolasi/pengobatan), serta pelaksanaan 5M.
Peningkatan deteksi dini kasus, dengan skrining dan tes juga bisa dilakukan dengan membuat atau memfasilitasi adanya klinik demam.
Namun sebaiknya, klinik demam terletak di luar puskesmas atau rumah sakit, sehingga asien tidak menumpuk di rumah sakit.
Selain itu, kapasitas testing-tracing, isolasi serta karantina juga harus diperhatikan dan ditambah lagi.
Baca juga: Video Viral IGD Penuh, Epidemiolog Sarankan Klinik Demam untuk Skrining Covid-19