Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun 2020 Rekor Suhu Terpanas Kedua bagi Arktik, Ini Dampaknya...

Kompas.com - 09/12/2020, 20:03 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber PHYSORG

Dalam kondisi tersebut adalah peristiwa-peristiwa yang saling berkaitan. Ketika es laut Arktik mencair dan mengekspos lautan, air menyerap lebih banyak suhu panas dari Matahari.

Dampak suhu panas di Arktik tersebut yakni semakin memperburuk pencairan es laut, meskipun kali ini pencairan terjadi dari bawah es laut.

"Salah satu hal yang penting untuk disadari tentang Arktik adalah sistemnya. Ini adalah sistem komponen yang saling berhubungan," kata Donald Perovich, profesor teknik di Dartmouth University dan rekan penulis es laut dalam laporan NOAA.

Es laut adalah indikator penting dan penguat pemanasan global. Pencairan yang tidak berkontribusi langsung pada kenaikan permukaan laut, sebab es ini sudah berada di dalam air. 

Baca juga: Pertama Kali Terjadi, Es di Laut Arktik Gagal Membeku

 

Kejutan akan kondisi pencairan es laut Arktik di Kutub Utara bagi peneliti Arktik adalah yang terjadi pada September 2007 lalu. Saat itu, pencairan es laut di musim panas mencapai rekor sangat ekstrem.

"Kami tidak pernah kembali ke level yang pernah kami lihat pada 2006 atau sebelumnya. Kita berada di rezim baru," kata Perovich.

Pemodelan yang dilakukan peneliti memperkirakan tidak akan ada lagi lautan es di musim panas di Kutub Utara mulai antara tahun 2040 dan 2060.

Kendati demikian, berdasarkan edisi pertama laporan ini pada tahun 2006 para peneliti masih belum yakin akan tren pemanasan Kutub Utara. Bahkan, mereka meragukan bahwa permafrost, lapisan tanah beku, di utara Alaska bisa mencair.

Namun, sekarang para ilmuwan dapat mengatakan bahwa diperkirakan pencairan permafrost secara progresif di Kutub Utara dapat mulai dalam 30-40 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com