Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sains Diet: Haruskah Makan seperti Orang Jepang agar Panjang Umur?

Kompas.com - 28/10/2020, 10:03 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Menariknya, tikus-tikus yang menjalani diet ala Jepang memiliki lebih sedikit lemak di perut mereka dan tingkat lemak yang lebih rendah dalam darah mereka, terlepas dari kenyataan bahwa kedua makanan tersebut memiliki jumlah lemak, protein, dan karbohidrat yang sama.

Itu menunjukkan bahwa sumber nutrisi tersebut, daging versus ikan, beras versus gandum, misalnya, penting bagi hasil.

Lebih dalam lagi, para peneliti menggambarkan berbagai versi makanan Jepang dari sekitar 50 tahun terakhir, karena apa yang dimakan orang Jepang telah berubah drastis dari waktu ke waktu. Terutama di kota-kota kosmopolitan, yang semakin dipengaruhi oleh Barat.

Mereka menyusun rencana makan berdasarkan pola makan nasional pada tahun 1960, 1975, 1990, dan 2005, dan memberikannya kepada tikus.

Banyak kegiatan memasak dan mengeringkan makanan, diikuti dengan pengamatan kondisi hewan pengerat ini. Kali ini percobaannya berjalan selama delapan bulan.

Ternyata, tidak semua pola makan Jepang sama. Tikus yang diberi makan makanan dengan pola makan 1975 memiliki risiko diabetes dan penyakit liver yang rendah dibanding yang lain.

Ketika para ilmuwan meneliti liver tikus-tikus itu, mereka menemukan bahwa gen yang mencegah pembuatan asam lemak telah aktif.

Makanan tersebut terutama kaya akan rumput laut dan makanan laut, kacang-kacangan, buah-buahan, dan bumbu fermentasi tradisional, dan secara umum memiliki banyak variasi makanan untuk direkomendasikan, sambil menghindari kelebihan gula.

Pada eksperimen berikutnya, mereka menemukan pola makan tahun 1975 ini membuat tikus panjang umur, dengan kemampuan ingatan yang lebih baik dan lebih sedikit kendala fisik yang mereka alami seiring bertambahnya usia mereka.

Faktanya, epidemiolog Shu Zhang dan koleganya baru-baru ini mempublikasikan temuan bahwa pola makan Jepang terkait dengan kesehatan yang lebih baik seiring bertambahnya usia seseorang.

Pola makan itu juga memiliki efek yang positif pada kesehatan manusia, menurut temuan Tsuduki dan kelompoknya.

Dalam sebuah eksperiman yang dilakukan selama 28 hari terhadap orang-orang yang kelebihan berat badan, mereka yang mengkonsumsi makanan dari pola makan tahun 1975 menunjukkan penurunan berat badan yang lebih besar dan memiliki angka kolesterol yang lebih baik.

Dalam penelitian lain, subjek yang mengkonsumi pola makanan tahun 1975 memiliki bentuk tubuh yang lebih ideal di akhir uji coba dibanding mereka yang mengkonsumi pola makan di tahun-tahun lain.

Ilustrasi makanan jepang atau washoku.Dok. Shutterstock/gontabunta Ilustrasi makanan jepang atau washoku.

Tsuduki dan rekannya percaya bahwa mikrobioma manusia mungkin menjadi salah satu hal yang memediasi efek ini, setelah mengamati perubahan dalam mikrobioma usus dalam salah satu penelitian mereka.

Jadi, apa rahasianya?

Jika versi diet ala Jepang di tahun itu memiliki efek positif, itu mungkin berkaitan dengan bagaimana makanan itu dimasak, menurut Tsuduki.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com