Tidak ada vaksin untuk mencegah virus corona, tetapi ada satu untuk influenza.
2. Klaim tes PCR
Dalam video yang viral itu, De Klerk mengatakan bahwa 89 hingga 94 persen hasil tes PCR adalah positif palsu. Dia menyebutkan, tes PCR tidak menguji Covid-19.
"Dokter harus berhenti menggunakan tes itu," kata De Klerk dalam videonya.
Faktanya, banyak ahli medis sangat kritis terhadap tes PCR karena sensitivitas tes tersebut.
Alat uji reaksi berantai polimerase dapat menentukan materi genetik virus. Peneliti pun mengandalkan peralatan laboratorium dan bahan kimia khusus dalam prosesnya.
Baca juga: Virus Corona Masuk ke Sel Manusia Tak Cuma Lewat ACE2, Ada Jalur Lain
Michael Joseph Mina, seorang dokter dan profesor epidemiologi di sekolah kesehatan masyarakat Harvard, mengatakan tidak benar bahwa sebagian besar tes PCR virus korona adalah positif palsu dan tidak menguji virus.
"Banyak yang bisa menjadi positif terlambat yang berarti RNA masih ada, tetapi virus yang layak telah dibersihkan,” katanya melalui e-mail.
“Jadi orang-orang ini mungkin sudah tidak menular lagi, tetapi hasilnya akurat. PCR dapat menemukan RNA SARS-CoV-2."
Mina menambahkan, dibutuhkan lebih banyak pengujian, bukan lebih sedikit.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.