Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Hoaks] Klaim Aliansi Dokter Dunia soal Covid-19, Begini Faktanya

Kompas.com - 26/10/2020, 15:29 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Sumber AP News

KOMPAS.com - Kelompok yang mengatasnamakan Aliansi Dokter Dunia di Eropa belum lama ini membuat gaduh dunia sosial.

Dalam video berdurasi 30 menit, tujuh dokter yang mewakili Jerman, Belanda, Swedia, Irlandia, dan Inggris itu mengeklaim bahwa virus corona SARS-CoV-2 adalah virus flu biasa dan tidak ada pandemi Covid-19.

Mereka pun mengatakan, lockdown di seluruh dunia yang bertujuan untuk mencegah penyebaran virus corona harus diakhiri.

Baca juga: Klaster Pertama Covid-19, Ahli Pertanyakan Orang yang Meninggal Awal Maret

Di situs web mereka, aliansi tersebut digambarkan dideskripsikan sebagai kelompok profesional kesehatan nirlaba independen yang bersatu untuk mengakhiri lockdown.

"Saya ingin menyatakan bahwa tidak ada pandemi atau epidemi medis," kata Elke de Klerk yang mengidentifikasi dirinya sebagai dokter umum dari Belanda dalam video tersebut.

Video ini telah dihapus dari YouTube dan sebagian dari videonya beredar di Facebook dan platform sosial media lain seperti Instagram.

Salah satunya dibagikan oleh akun Instagram @frankysadikin.

Tangkapan layar klaim palsu Aliansi Dokter Dunia yang dibagikan di sosial media.Tangkapan layar Instagram/frankysadikin Tangkapan layar klaim palsu Aliansi Dokter Dunia yang dibagikan di sosial media.

Faktanya

1. Covid-19 berbeda dari flu

Klaim ini salah. Para ilmuwan secara umum menyatakan penyebab pandemi saat ini adalah virus corona baru SARS-CoV-2. Ini bukan jenis virus influenza.

Covid-19 lebih mematikan dari flu musiman. Sejauh ini Covid-19 telah membunuh lebih banyak orang dibanding lima flu musiman jika korbannya digabungkan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan status Covid-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020.

Dilansir AP News, Jumat (23/10/2020), Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus menerangkan alasan Covid-19 ditetapkan sebagai pandemi global, yakni tingkat penyebaran penyakit dan dampaknya yang sangat mengkhawatirkan.

Menurut data yang dikumpulkan Universitas Johns Hopkins, hingga Senin (26/10/2020) siang, ada lebih dari 43 juta kasus Covid-19 dengan angka kematian lebih dari 1,1 juta secara global.

Virus corona dan flu mungkin memiliki gejala yang serupa, tetapi keduanya adalah virus yang berbeda.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, Covid-19 menyebar lebih mudah daripada flu dan dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Tidak ada vaksin untuk mencegah virus corona, tetapi ada satu untuk influenza.

2. Klaim tes PCR

Dalam video yang viral itu, De Klerk mengatakan bahwa 89 hingga 94 persen hasil tes PCR adalah positif palsu. Dia menyebutkan, tes PCR tidak menguji Covid-19.

"Dokter harus berhenti menggunakan tes itu," kata De Klerk dalam videonya.

Faktanya, banyak ahli medis sangat kritis terhadap tes PCR karena sensitivitas tes tersebut.

Alat uji reaksi berantai polimerase dapat menentukan materi genetik virus. Peneliti pun mengandalkan peralatan laboratorium dan bahan kimia khusus dalam prosesnya.

Baca juga: Virus Corona Masuk ke Sel Manusia Tak Cuma Lewat ACE2, Ada Jalur Lain

Michael Joseph Mina, seorang dokter dan profesor epidemiologi di sekolah kesehatan masyarakat Harvard, mengatakan tidak benar bahwa sebagian besar tes PCR virus korona adalah positif palsu dan tidak menguji virus.

"Banyak yang bisa menjadi positif terlambat yang berarti RNA masih ada, tetapi virus yang layak telah dibersihkan,” katanya melalui e-mail.

“Jadi orang-orang ini mungkin sudah tidak menular lagi, tetapi hasilnya akurat. PCR dapat menemukan RNA SARS-CoV-2."

Mina menambahkan, dibutuhkan lebih banyak pengujian, bukan lebih sedikit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com