"Kehadiran komponen bintang Be dalam spektrum HR 6819 menunjukkan interpretasi lain dari sistem tersebut," tulis astronom Douglas Gies dan Luqian Wang dari Georgia State University dalam makalah yang diterbitkan di jurnal The Astrophysical Journal Letters.
Kedua astronom ini menduga kemungkinan komponen bintang B3 III sebenarnya adalah bintang bermassa rendah, kemudian dipecah saat masih relatif muda.
"Dalam hal ini, bintang Be akan menjadi pendamping dalam biner 40 hari, alih-alih sebagai lubang hitam," jelas mereka.
Sementara, dalam makalah studi lainnya, yang saat ini dalam pracetak, astronom Kareem El-Badry dan Eliot Quataert dari UC Berkeley juga melakukan analisis independen pada objek tersebut.
Baca juga: Lubang Hitam Baru Terdekat Bumi, Bisakah Terlihat dari Indonesia?
Menurut kedua astronom ini, spektrum sistem tersebut memperoleh massa 0,47 dan 6,7 massa matahari untuk masing-masing bintang B3 III dan Be.
"Kami berpendapat bahwa bintang B adalah bintang helium yang membengkak dan baru-baru ini massanya dilucuti dan saat ini berkontraksi sebagai subdwarf panas," tulis El-Badry dan Quataert.
Analisis kedua astronom ini telah dikirimkan ke Monthly Notices of the Royal Astronomical Society dan tersedia dalam pracetak di arXiv.
Meski teka-teki ini belum terselesaikan, namun sangat tidak mungkin jika objek tersebut adalah lubang hitam. Oleh sebab itu, pengamatan masa depan sangat diperlukan untuk mengungkap misteri ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.