Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
The Conversation
Wartawan dan akademisi

Platform kolaborasi antara wartawan dan akademisi dalam menyebarluaskan analisis dan riset kepada khalayak luas.

Studi: Dikurung di Kebun Binatang Bikin Otak Gajah dan Orca Rusak

Kompas.com - 30/09/2020, 19:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh Bob Jacobs

HANAKO, seekor gajah betina Asia, tinggal lama di dalam kandang beton kecil di kebun binatang Inokashira Park di Jepang.

Di alam liar, gajah tinggal dengan berkelompok, dan memiliki ikatan keluarga yang dekat. Pada dekade terakhir masa hidupnya, Hanako hidup sendiri.

Kiska, seekor orca (paus pembunuh) betina muda, ditangkap pada 1978 di pantai Islandia dan dibawa ke akuarium dan taman bermain Marineland di Kanada.

Orca adalah binatang sosial yang tinggal bersama keluarga dalam kelompok yang anggotanya bisa mencapai 40 orca, tapi Kiska telah tinggal sendirian di dalam akuarium kecil sejak 2011.

Kiska melahirkan lima anak, semuanya mati muda.

Untuk meredam stres dan rasa bosan, Kiska berenang lambat, berputar-putar tiada akhir, dan menggigiti kolam betonnya hingga giginya hancur.

Sayangnya, ini situasi umum pada mamalia besar yang dikurung di dalam industri “hiburan”.

Selama beberapa dekade mempelajari otak manusia, gajah Afrika, paus bungkuk, dan mamalia besar lainnya, saya menemukan bahwa otak memiliki sensitivitas tinggi terhadap lingkungan, termasuk ada dampak serius pada struktur dan fungsi otak akibat tinggal dalam kurungan.

Ontario Captive Animal Watch (right image), CC BY-ND Hanako, seekor gajah Asia yang tinggal di kebun binatang Inokashira Park di Jepang; dan Kiska, orca yang tinggal di Marineland Canada. Satu gambar menunjukkan gigi Kiska yang telah rusak.

Mempengaruhi kesehatan dan mengubah perilaku

Mudah bagi kita untuk mengamati kondisi kesehatan keseluruhan dan dampak psikologis dari hidup dalam kurungan terhadap binatang-binatang ini.

Banyak gajah dalam kurungan yang menderita karena radang sendi, obesitas, atau masalah kulit. Gajah dan orca seringkali memiliki masalah gigi yang parah. Orca dalam kurungan sering menderita pneumonia, penyakit ginjal, penyakit gastrointestinal dan infeksi

Banyak binatang mencoba untuk bertahan di dalam penangkaran dengan melakukan perilaku abnormal.

Beberapa memiliki perilaku “stereotipe” yang repetitif, kebiasaan tanpa tujuan seperti mengungkat-ungkit kepala mereka terus-menerus, bergoyang tanpa henti atau menggigiti jeruji kandang mereka.

Binatang lainnya, terutama jenis kucing besar, berjalan bolak-balik di kandang mereka. Gajah menggesek atau merusak gading mereka sendiri.

Struktur otak yang berubah

Penelitian neurosains menemukan bahwa hidup di dalam lingkungan kurungan yang serba berkekurangan dan memicu stres, merusak otak secara fisik.

Perubahan ini ditemukan pada banyak spesies, termasuk tikus, kelinci, kucing, dan manusia.

Walaupun banyak peneliti telah mempelajari otak binatang secara langsung, sebagian besar pengetahuan tentang otak berasal dari mengamati perilaku binatang, menganalisis tingkat hormon stres di dalam darah, dan mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan dari penelitian neurosains setengah abad.

Penelitian laboratorium juga menunjukkan bahwa mamalia di dalam kebun binatang atau akuarium memiliki gangguan fungsi otak.

Arnold B. Scheibel, CC BY-ND Ilustrasi ini menunjukkan perbedaan-perbedaan di dalam cerebral cortex otak pada binatang yang dikurung di lingkungan yang serba kekurangan dan yang kaya (alami). Kondisi serba kekurangan menjadikan c

Tinggal di dalam lingkungan sempit dan kosong tanpa stimulasi intelektual atau kontak sosial yang cukup tampaknya menipiskan cerebral cortex – bagian otak yang berkontribusi dalam gerakan tubuh yang dilakukan secara sadar dan fungsi kognitif yang lebih tinggi, termasuk memori, perencanaan, dan pengambilan keputusan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com