Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NASA Akan Kirim Astronot Perempuan Pertama ke Bulan pada 2024

Kompas.com - 28/09/2020, 07:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

Pada Juli 2019, terdapat 12 astronot perempuan yang aktif bertugas di NASA. Sejak saat itu, terdapat lima astronot perempuan baru di NASA. Mereka dinyatakan lulus pelatihan awal tahun ini.

Namun, belum jelas apakah lima astronot  baru itu bisa memenuhi kriteria untuk seleksi tim pendaratan di bulan tahun 2024.

Bridenstine berharap dapat memilih semua anggota tim astronot dua tahun sebelum target terbang misi itu.

"Saya pikir penting bagi kami untuk mulai mengidentifikasi anggota tim Artemis lebih awal, terutama karena saya yakin itu akan menjadi sumber inspirasi," ujarnya.

Melalui proyek ke bulan ini, AS ingin kembali menjadi negara terdepan dalam bidang antariksa. Selain target mendaratkan astronot, AS juga berencana mengekstraksi deposit es di kutub selatan bulan.

Deposit es itu diyakini dapat menjadi bahan bakar roket di selama berada di bulan. Ekstraksi deposit itu, menurut NASA, akan lebih murah daripada membawa bahan bakar dari bumi.

Jika berhasil, bahan bakar roket baru itu dapat mengubah alokasi anggaran misi ke bulan.

Sementara itu, Wakil Presiden AS, Mike Pence, mengungkap kecemasannya pada ambisi ruang angkasa yang dicanangkan China.

Pada Januari 2019, China menjadi negara pertama yang mendaratkan robot penjelajah di sisi jauh bulan. China saat ini tengah mempersiapkan proyek pengiriman sampel tanah bulan ke bumi.

China belakangan mengembangkan pesawat ruang angkasa dengan tekonologi terbaru. Target mereka adalah mengirim astronot China ke berbagai tujuan di ruang angkasa, salah satunya bulan.

Meskipun tidak memiliki target apa pun hingga tahun 2024, China dapat membuat kemajuan besar di bidang antariksa dalam dekade ini.

Dokumen baru NASA mengungkap Tahap 1 dari rencana antariksa AS, yaitu program uji terbang pesawat tanpa awak, Artemis-1, di sekitar bulan pada musim gugur 2021.

Kepala urusan penerbangan luar angkasa NASA, Kathy Lueders, mengatakan bahwa program Artemis-1 akan berjalan sekitar satu bulan untuk menguji semua sistem gawat darurat.

Leuders berkata, uji coba terbang akan mengurangi risiko pada proyek Artemis-2. Dalam uji terbang kedua itu, astronot akan mengulangi perjalanan mengelilingi bulan.

Program Artemis-2 juga akan menguji sistem operasi Orion. Tak lama setelah Orion memisahkan diri dari roket SLS, para astronot diharuskan mengemudikan wahana itu secara manual.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com