Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

NASA Akan Kirim Astronot Perempuan Pertama ke Bulan pada 2024

Kompas.com - 28/09/2020, 07:02 WIB
Gloria Setyvani Putri

Editor

KOMPAS.com - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) mengumumkan proyek mengirim misi ke bulan yang mereka targetkan berjalan tahun 2024.

Salah satu target misi bernilai Rp 419 triliun itu adalah mendaratkan astronot perempuan pertama di bulan.

Misi ke bulan itu diberi nama Artemis. Jika proyek ini berjalan lancar, para astronot NASA akan menjadi manusia pertama yang menjejakkan kaki di bulan sejak tahun 1972.

Namun, semua target waktu NASA bergantung pada persetujuan Kongres AS terhadap anggaran pembangunan sistem pendaratan pesawat, sebesar Rp 47 triliun.

Baca juga: Akan Mendarat di Bulan pada 2024, Ini Misi yang Harus Diselesaikan NASA

Sejumlah astronot NASA nantinya akan terbang dalam pesawat ulang alik bernama Orion. Wahana ini diklaim mirip pesawat NASA sebelumnya, Apollo 17.

Orion bakal diluncurkan dalam roket bertenaga besar, Space Launch System (SLS).

"Anggaran Rp 418 triliun adalah ongkos program pendaratan di bulan yang akan dijalankan selama empat tahun ke depan," kata pimpinan NASA, Jim Bridenstine, 21 September lalu.

"Dana itu tentu saja mencakup pendanaan untuk SLS, Orion, sistem pendaratan, dan tentu saja pakaian astronot," ucapnya.

Namun, Bridenstine menyatakan bahwa NASA harus mendapatkan dana sekitar Rp 47 triliun pada tahun 2021.

Ia menyebut anggaran itu sangat vital untuk membuat sistem pendaratan di bulan.

Dewan Perwakilan Rakyat AS sejauh ini sudah mengesahkan peraturan berisi legalisasi alokasi Rp 8,9 triliun untuk misi pendaratan di bulan itu.

Namun, NASA membutuhkan lebih banyak dana dalam proyek ini.

Bridenstine sebelumnya menyebut bahwa astronot perempuan pertama yang akan berjalan di bulan adalah seseorang dengan rekam jejak tak terbantahkan, yang sudah menjalani misi ke luar angkasa dan pernah bertugas di Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Bridenstine menyatakan itu kepada CNN, Juli 2019.

Kala itu dia juga berkata bahwa perempuan itu harus sudah secara resmi bergabung dalam korps astronot NASA.

Wahana antariksa, Orion Spacecraft untuk misi Artemis ke Bulan di NASA Plum Brook Station.
Wahana antariksa, Orion Spacecraft untuk misi Artemis ke Bulan di NASA Plum Brook Station.

Pada Juli 2019, terdapat 12 astronot perempuan yang aktif bertugas di NASA. Sejak saat itu, terdapat lima astronot perempuan baru di NASA. Mereka dinyatakan lulus pelatihan awal tahun ini.

Namun, belum jelas apakah lima astronot  baru itu bisa memenuhi kriteria untuk seleksi tim pendaratan di bulan tahun 2024.

Bridenstine berharap dapat memilih semua anggota tim astronot dua tahun sebelum target terbang misi itu.

"Saya pikir penting bagi kami untuk mulai mengidentifikasi anggota tim Artemis lebih awal, terutama karena saya yakin itu akan menjadi sumber inspirasi," ujarnya.

Melalui proyek ke bulan ini, AS ingin kembali menjadi negara terdepan dalam bidang antariksa. Selain target mendaratkan astronot, AS juga berencana mengekstraksi deposit es di kutub selatan bulan.

Deposit es itu diyakini dapat menjadi bahan bakar roket di selama berada di bulan. Ekstraksi deposit itu, menurut NASA, akan lebih murah daripada membawa bahan bakar dari bumi.

Jika berhasil, bahan bakar roket baru itu dapat mengubah alokasi anggaran misi ke bulan.

Sementara itu, Wakil Presiden AS, Mike Pence, mengungkap kecemasannya pada ambisi ruang angkasa yang dicanangkan China.

Pada Januari 2019, China menjadi negara pertama yang mendaratkan robot penjelajah di sisi jauh bulan. China saat ini tengah mempersiapkan proyek pengiriman sampel tanah bulan ke bumi.

Panorama sisi jauh bulan yang diambil oleh wahana antariksa China Panorama sisi jauh bulan yang diambil oleh wahana antariksa China

China belakangan mengembangkan pesawat ruang angkasa dengan tekonologi terbaru. Target mereka adalah mengirim astronot China ke berbagai tujuan di ruang angkasa, salah satunya bulan.

Meskipun tidak memiliki target apa pun hingga tahun 2024, China dapat membuat kemajuan besar di bidang antariksa dalam dekade ini.

Dokumen baru NASA mengungkap Tahap 1 dari rencana antariksa AS, yaitu program uji terbang pesawat tanpa awak, Artemis-1, di sekitar bulan pada musim gugur 2021.

Kepala urusan penerbangan luar angkasa NASA, Kathy Lueders, mengatakan bahwa program Artemis-1 akan berjalan sekitar satu bulan untuk menguji semua sistem gawat darurat.

Leuders berkata, uji coba terbang akan mengurangi risiko pada proyek Artemis-2. Dalam uji terbang kedua itu, astronot akan mengulangi perjalanan mengelilingi bulan.

Program Artemis-2 juga akan menguji sistem operasi Orion. Tak lama setelah Orion memisahkan diri dari roket SLS, para astronot diharuskan mengemudikan wahana itu secara manual.

Merekalah yang memegang sistem kendali saat Orion mendekati dan meninggalkan bulan.

Uji coba itu akan menilai kualitas kemudi Orion, termasuk kinerja perangkat keras dan perangkat lunak yang dipasang di pesawat ruang angkasa tersebut.

Baca juga: Studi Baru, Tingkat Radiasi di Bulan 200 Kali Lebih Tinggi dari Bumi

Artemis-3 akan menjadi misi pertama NASA yang mengirim astronot ke permukaan bulan sejak Apollo 17 sekitar 48 tahun lalu.

NASA telah memberikan dana sebesar Rp 14,4 triliun kepada beberapa perusahaan untuk mendesain kendaraan yang akan mendaratkan para astronot di bulan.

Setelah proyek itu, NASA berencana membangun pangkalan bernama Artemis Base Camp. Pangkalan yang dapat menampung astronot ini akan menjadi infrastruktur penting dalam eksplorasi jangka panjang di bulan.

Sebagai perbandingan, program Apollo pada dekade 1960-an dan 1970-an menelan biaya lebih dari Rp 3.741 triliun, jika dihitung berdasarkan inflasi dollar AS saat ini.

Namun, anggaran Rp 419 triliun yang ditaksir untuk membiayai proyek ke bulan ini tak termasuk dana pengembangan Orion dan roket SLS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com