Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peranan Angin Monsun dan Jalur Rempah dalam Konektivitas Budaya di Asia

Kompas.com - 22/09/2020, 12:04 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Jalur perdagangan sutra dan rempah berabad-abad lalu memberi peranan penting terhadap konektivitas budaya antar bangsa di Asia dan seluruh dunia.

Pakar Matematika dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Profesor Dr. Iwan Pranoto mengatakan angin monsun sebagai mesin sirkulasi pengetahuan, sedikit banyak berperan dalam konektivitas budaya.

"Angin monsun di Asia memegang peranan besar. Bagaimana pelaut-pelaut saat itu di sub-benua India memanfaatkan angin ini untuk berlayar," kata Prof Iwan dalam diskusi daring bertajuk Redefining the Spice Route through Socio-Cultural Interconnectivity, Senin (21/9/2020).

Diskusi ini diselenggarakan dalam ranga 2nd International Forum on Spice Route bertajuk Celebrating Diversity and Interculture Understanding through 'Spice Route' as One of the World's Common Heritage.

Baca juga: Polemik Kata Anjay, Secara Sosial Budaya Tidak Selalu Berarti Umpatan

 

Prof Iwan menjelaskan angin monsun adalah mesin penggerak dari sirkulasi pengetahuan.

Angin monsun membawa pelayaran manusia dari berbagai tempat, dengan latar budaya dan tujuan yang beragam, yang pada akhirnya memberi dampak besar terhadap sejarah yang berkembang di suatu wilayah.

"Ada pertukaran (pengetahuan), tetapi kalau hanya dilihat dari jalur sutra atau jalur rempah saja, itu hanya terlihat satu arah saja, yakni timur ke barat," jelas Prof Iwan.

Arah angin, kata Prof Iwan menjadi sebuah kendaraan, bagaimana para pelaut menuju Sub-benua India.

Baca juga: Penemuan yang Mengubah Dunia: Ganja, dari Obat Anestesi sampai Simbol Budaya Hippie

 

Bahkan, arah angin ini juga dimanfaatkan oleh para pelancong dari India dan China untuk menuju ke daerah timur, seperti ke Sumatra, Jawa, Bali dan wilayah lainnya.

Prof Iwan mengungkapkan bahwa sampai saat ini jejak perjalanan nenek moyang itu masih dapat diamati dan dikenang dalam ritual Bali Jatra.

"Itu adalah upacara ritual di Odisa, India timur yang dilakukan setiap tahun dengan melarungkan (menghanyutkan) perahu dari kertas atau pelepah pisang ke sungai-sungai," kata Prof Iwan.

Prof Iwan menyimpulkan upacara ini menjadi pengingat hubungan sub-benua India dengan negara-negara di Asia Tenggara.

Ilustrasi rempah-rempah Indonesia. SHUTTERSTOCK/READNEO Ilustrasi rempah-rempah Indonesia.

Dari perjalanan tersebut, bukan hanya menunjukkan bagaimana rempah-rempah dari Asia mendunia, tetapi juga munculnya sirkulasi berbagai pengetahuan, hingga sejarah bilangan numerik 1-10.

Jalur rempah dalam konteks kekinian

Rempah-rempah di masa kolonial menjadi komoditas yang amat dipertaruhkan dan diperebutkan oleh berbagai bangsa di dunia.

Dalam kaitannya dengan sejarah Indonesia menunjukkan bahwa rempah menjadi salah satu alasan bagi bangsa lain menjajah kekayaan negeri ini.

Baca juga: Makam Kuno di Maroko Buktikan Silang Budaya Afrika Utara-Eropa

 

Prof. Dr. Hilman Latief, dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dalam diskusi ini menuturkan bagaimana memperkenalkan jalur rempah sebagai sebuah khasanah kepada generasi muda masa kini.

Selama ini, kata Prof Hilman, sejarah kolonialisme yang dipahami generasi muda saat ini adalah berkaitan dengan motivasi pencarian rempah-rempah.

Oleh sebab itu, penting untuk merekonstruksi makna tentang jalur rempah dalam konteks kekinian.

"Tujuannya adalah untuk memperkenalkan jalur rempah ini kepada generasi muda. Di kalangan akademik, diplomasi pengetahuan ini penting untuk didorong," jelas Prof Hilman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com