Gangguan pernapasan berat pada pasien Covid-19 dihubungkan dengan fenomena yang disebut “badai sitokin”. Fenomena ini timbul ketika sistem imun bereaksi terlalu kuat dan menghasilkan protein-protein ini dalam jumlah besar, yang mengakibatkan reaksi peradangan berlebihan.
Dampaknya termasuk pembengkakan dan penumpukan cairan dan sel darah putih yang berpotensi merusak jaringan. Bila ini terjadi dalam sistem pernapasan, ini akan mengakibatkan gangguan pernapasan karean dinding saluran udara membengkak dan cairan menumpuk dalam paru-paru.
Badai sitokin juga dapat menghasilkan respons yang mempengaruhi seluruh tubuh yang dapat menyebabkan kegagalan organ-organ.
Jadi, pada penyakit yang membuat orang sakit parah saat terjadi badai sitokin, gen-gen yang menghasilkan sitokin dan reseptornya bisa jadi kemungkinan sasaran terapi yang berhasil.
Inilah mengapa steroid diikutkan dalam uji coba RECOVERY - sebuah proyek besar yang mencari obat-obat apa yang sudah tersedia dan digunakan yang juga bisa digunakan untuk menangani Covid-19 - dan dalam ujicoba-ujicoba terpisah oleh WHO.
Menariknya, manfaat yang terlihat lewat penggunaan hidrokortison dan deksametason muncul dalam dosis-dosis cukup rendah. Tidak ada manfaat tambahan yang terlihat saat dosis lebih besar digunakan.
Juga, steroid yang lebih kuat, metilprednisolon, menunjukkan efektifitas lebih rendah dibanding hidrokortison, walau dalam penelitian skala lebih kecil.
Ini menimbulkan pertanyaan terkait kemampuan steroid menekan sistem imun: walau peradangan menjadi faktor penting dalam banyak penyakit, tapi itu juga faktor kunci dalam upaya tubuh melindungi diri dari infeksi.
Menekan sistem imun mungkin membantu mengurangi badai sitokin yang mengancam nyawa, tapi itu juga berisiko mengurangi kemampuan tubuh melawan infeksi virus yang menyebabkan penyakit tersebut.
Keseimbangan itu penting dalam mempertahankan hidup, dan menyeimbangkan antara menekan peradangan dan menekan imunitas menjadi pertimbangan penting dalam penggunaan obat seperti hidrokortison.
Satu penelitian telah menemukan bahwa efek steroid pada sistem imun pasien Covid-19 dapat menyebabkan mereka rentan terhadap infeksi bakteri, misalnya, dan dapat memperpanjang masa perawatan mereka di rumah sakit.
Maka, jangan diasumsikan bahwa steroid itu bebas risiko pada pasien yang sakit berat.
Gordon Dent
Senior Lecturer in Pharmacology, Keele University
Artikel ini tayang di Kompas.com berkat kerja sama dengan The Conversation Indonesia. Tulisan di atas diambil dari artikel asli berjudul "Apa dan mengapa kortikosteroid efektif melawan COVID-19?" Isi di luar tanggung jawab Kompas.com.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.