KOMPAS.com - Vaksin untuk Covid-19 masih dalam proses penelitian, sehingga antivirus spesifik untuk penyakit yang telah menginfeksi lebih dari 23 juta orang di dunia belum tersedia.
Perkembangan Penelitian vaksin di Universitas Indonesia sudah pada vaksin DNA yang sedang diujicobakan pada hewan coba, vaksin RNA sedang diespresikan, dan vaksin VLP yang masih dalam tahap perancangan sistem ekspresi pada sel CHO.
Alasan vaksin DNA dan RNA digunakan adalah bisa menyesuaikan virus yang baru timbul dengan cepat dan dapat diperbanyak dengan cepat.
Pengembangan kemampuan ini sangat baik jika dilakukan, dikarenakan bisa sangat efisien untuk memenuhi kebutuhan jumlah vaksin corona di Indonesia.
Baca juga: AS Kekurangan Jarum Suntik, Imunisasi Vaksin Corona Bisa Terganggu
Perancangan vaksin VLP yang diekspresikan pada sel CHO ini lebih aman dari segi produksi, kemudian menyerupai struktur virus yang asil dan memiliki stimulasi antibodi yang relatif baik.
R&D Vaksin Covid-19 dari Bio Farma melakukan stategi jangka panjang dan jangka pendek.
Kolaborasi jangka pendek atau menengah merupakan kolaborasi Internasional dengan CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations) dan Sinovac. Kolaborasi jangka panjang dengan Konsorsium Nasional.
Baca juga: Sejak Juli, China Mulai Beri Vaksin Covid-19 ke Petugas Medis
Program jangka menengah memiliki Bulk vaksin yang lulus tahap uji klinis fase satu dan fase dua, kemudian diformulasi oleh Bio Farma. Sehingga bisa melakukan uji klinis fase tiga dan mendapatkan ijin NRA.
Uji klinis fase tiga dilakukan dengan kriteria sebagai berikut.
DR.dr. Budiman Bela, Sp.MK, Kepala Pusat Riset Virologi dan Kanker Patobiologi, Fakultas Kedokteran UI mengatakan saat vaksin sudah ditemukan, maka yang mendapatkan prioritas vaksin adalah pekerja kesehatan dan yang berperan dalam pekerjaan pengendalian infeksi Covid-19 di lapangan.