Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan di Inggris Kembangkan Vaksin Tiruan untuk Lawan Covid-19

Kompas.com - 09/08/2020, 12:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Editor


KOMPAS.com - Pengembangan vaksin Covid-19 masih terus dilakukan para ilmuwan di dunia, bahkan jumlah kandidat vaksin pun juga terus bertambah.

Sebagian besar kandidat vaksin yang dikembangkan berasal dari virus corona baru, SARS-CoV-2. Namun, ada yang tidak biasa yang dikembangkan oleh para ilmuwan di Inggris.

Para ilmuwan di Imperial College London, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (9/8/2020), tengah membuat vaksin tiruan atau sintesis berdosis rendah untuk Covid-19.

Saat ini, vaksin tiruan Covid-19 ini sedang memperluas pengujiannya dengan mencari lebih banyak sukarelawan.

Baca juga: Obesitas di Amerika Serikat bisa Turunkan Efektivitas Vaksin Covid-19

Jika vaksin umumnya diproduksi dengan melemahkan sebagian virus, studi yang dilakukan ilmuwan di Imperial College ini menggunakan kepingan kecil dari kode genetik yang disebut mRNA.

Kode genetik itu terdapat dalam tetesan halus lemak dan saat disuntikkan ke otot lengan, mRNA akan melakukan penggandaan.

Istilahnya adalah amplifying atau penguatan seperti yang dijelaskan para ilmuwan ini.

Ilustrasi pemberian vaksin.Pixabay Ilustrasi pemberian vaksin.

Baca juga: Dua Kandidat Vaksin Covid-19 Masuki Fase 3 Uji Klinis

Ide dari vaksin tiruan ini adalah sel-sel otot yang akan menghasilkan protein yang ditemukan pada tonjolan-tonjolan permukaan virus corona yang akan memicu respons kekebalan tubuh.

Jurnal kedokteran Lancet pada Mei lalu mengomentari penelitian yang menunjukkan pandemi ini mungkin menginfeksi BAME, yakni komunitas kulit hitam, Asia dan minoritas etnis di Inggris secara tidak proporsional.

Ketua tim peneliti uji coba di Imperial College London, Dr. Katrina Pollock mengatakan penting bahwa semua anggota masyarakat dapat terwakili.

"Semua orang melihat bagaimana Covid-19 menjangkiti komunitas BAME dam saya pikir ini sangat penting sebagai tim yang mengembangkan vaksin," jelas Pollock.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com