Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pengembangan Vaksin Corona di Indonesia, Ini Teknologi dan Tantangannya

KOMPAS.com - Vaksin untuk Covid-19 masih dalam proses penelitian, sehingga antivirus spesifik untuk penyakit yang telah menginfeksi lebih dari 23 juta orang di dunia belum tersedia. 

Perkembangan Penelitian vaksin di Universitas Indonesia sudah pada vaksin DNA yang sedang diujicobakan pada hewan coba, vaksin RNA sedang diespresikan, dan vaksin VLP yang masih dalam tahap perancangan sistem ekspresi pada sel CHO.

Alasan vaksin DNA dan RNA digunakan adalah bisa menyesuaikan virus yang baru timbul dengan cepat dan dapat diperbanyak dengan cepat.

Pengembangan kemampuan ini sangat baik jika dilakukan, dikarenakan bisa sangat efisien untuk memenuhi kebutuhan jumlah vaksin corona di Indonesia.

Perancangan vaksin VLP yang diekspresikan pada sel CHO ini lebih aman dari segi produksi, kemudian menyerupai struktur virus yang asil dan memiliki stimulasi antibodi yang relatif baik. 

R&D Vaksin Covid-19 dari Bio Farma melakukan stategi jangka panjang dan jangka pendek.

Kolaborasi jangka pendek atau menengah merupakan kolaborasi Internasional dengan CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations) dan Sinovac. Kolaborasi jangka panjang dengan Konsorsium Nasional.

Program jangka menengah memiliki Bulk vaksin yang lulus tahap uji klinis fase satu dan fase dua, kemudian diformulasi oleh Bio Farma. Sehingga bisa melakukan uji klinis fase tiga dan mendapatkan ijin NRA.

Uji klinis fase tiga dilakukan dengan kriteria sebagai berikut.

  1. Di tempat dengan kasus Covid-19 tertinggi,
  2. Di berbagai multientnik untuk mendapatkan gambaran keamanan, respon imun, dan efikasi dengan beragam populasi,
  3. Partisipan ribuan orang untuk memberikan data terhadap kemungkinan adanya rare adverse event,
  4. Multicentre, untuk Sinovac: Indonesia, Bangladesh, Turki, Chile, dan Blazil.

DR.dr. Budiman Bela, Sp.MK, Kepala Pusat Riset Virologi dan Kanker Patobiologi, Fakultas Kedokteran UI mengatakan saat vaksin sudah ditemukan, maka yang mendapatkan prioritas vaksin adalah pekerja kesehatan dan yang berperan dalam pekerjaan pengendalian infeksi Covid-19 di lapangan.

"Selain itu, populasi berisiko (orang dengan komorbid serta usia di atas 50 dan kelompok anak sesuai rekomendasi ikatan dokter Indonesia)," ujar Budiman dalam forum diskusi berjudul Meninjau Kemajuan Pengembangan dan Produksi Vaksin Covid-19 di Indonesia, Rabu (26/8/2020).

Tantangan pengembangan vaksin corona adalah pada kecepatan produksi, biaya yang cukup tinggi, produksi jumlah besar dalam waktu yang singkat, sehingga tidak cukup untuk kapasitas global.

Manajer Senior Integrasi Riset dan Pengembangan PT Bio Farma, DR. Neni Nurainy, Apt menambahkan pengembangan vaksin untuk melawan pandemi virus corona saat ini menggunakan teknologi baru.

Namun, selama ini ada beberapa teknologi pengembangan vaksin yang dilakukan di antaranya sebagai berikut.

Neni menyebutkan keamanan karakteristik vaksin atau reaktogenisitas diukur dari keberhasilannya, yaitu apakah cukup untuk memberikan manfaat, dengan hanya efek samping ringan.

"Setidaknya 70 persen titik akhir kemanjuran yang dinilai berdasarkan penyakit, keparahan, perkawinan atau penularan," kata dia.

Vaksin boleh diberikan jika keamanan dan reaktogenisitas, di mana manfaat vaksin lebih besar daripada risiko keselamatan.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/08/26/173000323/pengembangan-vaksin-corona-di-indonesia-ini-teknologi-dan-tantangannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke