Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksin Corona Rusia Belum Selesai Uji Fase 3, Hasil Uji Coba Minim Data

Kompas.com - 13/08/2020, 12:04 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Sumber Nature

KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology di Moskow telah disetujui untuk dapat digunakan.

Putin mengklaim ini vaksin corona pertama di dunia yang disetujui untuk dipergunakan secara luas.

Namun, pernyataan Putin menimbulkan kecaman dari komunitas ilmuwan dunia dan mengutuk keputusan yang dianggap terlalu terburu-buru tersebut.

Seperti dilansir dari Nature, Rabu (12/8/2020), keputusan Rusia itu dianggap sangat sembrono oleh ahli genetika di University College London, Francois Balloux.

Baca juga: Vaksin Corona Rusia Siap Digunakan, Ilmuwan Ragukan Keamanannya

"Vaksinasi massal dengan vaksin yang diuji secara tidak tepat adalah tidak etis," kata Balloux dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan UK Science Media Centre.

Balloux menilai kampanye vaksinasi Rusia akan menjadi bencana, baik melalui efek negatifnya pada kesehatan, tetapi juga karena itu akan semakin menghambat penerimaan vaksin dalam populasi.

Tangkapan layar laman Sputnikvaccine.com pada Rabu (12/8/2020).Sputnikvaccine.com Tangkapan layar laman Sputnikvaccine.com pada Rabu (12/8/2020).

Baca juga: [Hoaks] Indonesia Dijadikan Kelinci Percobaan Vaksin Corona, Ini Penjelasannya

Vaksin Rusia minim informasi

Sejauh ini, vaksin corona Gamaleya telah diberikan kepada 76 sukarelawan sebagai bagian dari dua uji coba tahap awal yang terdaftar di ClinicalTrials.gov.

Kendati demikian, tidak ada hasil dari uji coba tersebut atau studi praklinis lainnya yang dipublikasikan, dan hanya sedikit informasi yang diketahui tentang vaksin eksperimental.

Menurut daftar ClinicalTrials.gov, vaksin yang diberikan dalam dua dosis, terbuat dari dua adenovirus yang mengekspresikan protein spike virus corona.

Dosis pertama adalah virus Ad26, yakni jenis yang sama digunakan dalam vaksin eksperimental yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Johnson & Johnson dan anak perusahaannya Janssen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com