Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Udara Sehat Jakarta Jangan Izinkan Pembangunan Pembangkit Listrik, Kenapa?

Kompas.com - 12/08/2020, 18:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

Bahkan, analisis emisi di Jawa berdasarkan inventarisasi emisi EDGAR 5.0 untuk 2015, yang disiapkan oleh Komite Penelitian Gabungan Uni Eropa, menunjukkan Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten ternyata memiliki emisi pencemaran udara yang jauh lebih tinggi daripada wilayah Jabodetabek.

2. Bersumber dari pembangkit listrik

Melalui citra satelit TROPOMO menunjukkan pembangkit listrik Suralaya di Banten tetap beroperasi seperti biasa dan menghasilkan emisi seperti periode sebelumnya meski terjadi pembatasan aktivitas perkotaan akibat Covid-19 ini.

Peneliti CREA menyebutkan, angin menjadi salah satu faktor yang membawa pencemaran pembangkit listrik Suralaya ke Jakarta.

Hal ini menyebabkan, konsentrasi partikulat PM 2,5 yang tetap tinggi di Jakarta sejak bulan Maret hingga Juni, meksipun terjadi pengurangan besar-besaran dalam lalu lintas lokal dan aktivitas perkotaan.

Baca juga: Benarkah New Normal Tingkatkan Polusi Udara Jakarta? Ini Kata BMKG

Lintasan angin pada 12 April 2020, ketika partikulat PM 2,5 di Jakarta melonjak, menunjukkan bahwa udara bergerak ke arah timur laut, melewati atau dekat dengan pabrik Suralaya dan membawa pencemaran ke Jakarta.

Melalui pemodelan TAPM/CAPUFF, CREA mengestimasikan kerumunan gas beracun yang memenuhi ruang udara Jakarta bahwa pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara (PLTU Batu Bara) yang berada dalam radius 100 kilometer bertanggung jawab atas sekitar 2.500 kematian dini wilayah Jabodetabek.

"Dari temuan kita, justru polusi di Jakarta itu berasal dari pembangkit listrik dan sektor industri tinggi di wilayah Serang Banten, maupun Jawa Barat. Bukan dari transportasi wilayah itu (Jakarta)," kata dia.

3. Dampak pada kesehatan dan materil

Seperti diketahui, jika pencemaran udara tersebut tetap terjadi, kondisi kesehatan manusia juga akan terancam.

Baca juga: Pembangkit Listrik Panas Bumi Picu Gempa Langka di Korea Selatan

Isabella berkata, pencemaran udara lintas batas ini juga seharusnya bertanggung jawab atas dampak buruk kesehatan lainnya yang terkait dengan sistem kekebalan tubuh, pernapasan, dan kardiovaskular.

"Ini (kerumunan gas beracun) bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia," tuturnya.

Layaknya mata rantai, dampak kesehatan juga akan berpengaruh terhadap biaya yang harus ditanggung setiap individu ataupun negara secara langsung untuk membuat masyarakatnya kembali sehat dan sejahtera dari penyakit tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com