Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terjebak di Fosil Damar 99 Juta Tahun, Warna Serangga Purba Ini Masih Awet

Kompas.com - 08/07/2020, 20:02 WIB
Monika Novena,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Tak ada yang tahu persis seperti apa warna hewan-hewan yang hidup di zaman purba. Beberapa mahluk di masa lalu itu memang berhasil digambarkan tetapi hanya berdasarkan imajinasi artis.

Namun berkat penemuan serangga yang terperangkap dalam damar ini, mungkin kita bisa punya sedikit bayangan soal kehidupan mahluk Bumi di masa lalu.

Seperti dilansir dari The Independent, Rabu (1/7/2020), tim peneliti berhasil menemukan fosil serangga berusia 99 juta tahun.

Meski telah lama terjebak dalam damar, namun warna-warna dari serangga tersebut masih terawetkan dengan baik.

Baca juga: Khawatirkan Kiamat Serangga, Ini Langkah Ahli untuk Selamatkan Populasi

Setidaknya ada 35 keping batu damar berisi serangga yang ditemukan peneliti, termasuk di dalamnya dalah lebah cuckoo, lalat tentara, dan juga kumbang. Batu-batu damar ini ditemukan di sebuah tambang di Myanmar utara.

Menurut tim peneliti dari Nanjing Institute of Geology and Palaeontology of the Chinese Academy of Sciences (NIGPAS), batu-batu damar itu berasal dari zaman Cretaceous pertengahan dan berusia sekitar 99 juta tahun.

Pada dasarnya batu damar merupakan resin yang diproduksi oleh pohon konifer purba yang tumbuh di lingkungan hutan hujan tropis.

Serangga purba di dalam fosil damar dari 99 juta tahun yang lalu. Para peneliti di Nanjing Institute of Geology and Palaeontology of the Chinese Academy of Science (NIGPAS) menunjukkan warna pada serangga purba masih awet.NIGPAS Serangga purba di dalam fosil damar dari 99 juta tahun yang lalu. Para peneliti di Nanjing Institute of Geology and Palaeontology of the Chinese Academy of Science (NIGPAS) menunjukkan warna pada serangga purba masih awet.

Baca juga: Kecoak Purba Zaman Dinosaurus ini Tampak Utuh di dalam Fosil Damar

 

Hewan dan tumbuhan yang terperangkap di dalamnya kemudian terawetkan.

Dari temuan tersebut, peneliti bisa menunjukkan kalau lebah di zaman purba itu memiliki warna metalik kebiruan, hijau kekuningan, biru keunguan. Selain itu, detil warna hijau terdapat di kepala, dada, perut, dan juga kaki.

Warna-warna yang ditemukan pada lebah purba itu menurut para peneliti hampir sama dengan lebah cuckoo yang hidup di era modern.

"Kami telah melihat ribuan fosil damar, tetapi warna yang terawetkan pada spesimen ini luar biasa," kata Huang Diying, peneliti yang terlibat dalam studi ini.

 

Untuk lebih memahami mengapa warna serangga tersebut bisa terawetkan dengan baik, para peneliti juga melakukan serangkaian studi. Peneliti memotong kerangka eksoskeleton untuk mengambil sampel.

Ternyata setelah dianalisis menggunakan mikroskop elektron, peneliti mengungkapkan bila fosil memiliki struktur nano eksoskeleton yang terawat baik dan menyebarkan cahaya.

Sementara pada fosil yang tak dapat mempertahankan warna, peneliti menyebut kalau struktur kutikula rusak parah yang mengakibatkan menjadi gelap.

Baca juga: Populasi Menurun, Ahli Sebut Pertanda Kiamat Serangga Sudah Dekat

Dari studi tersebut, peneliti juga menyebut adanya kemungkinan kalau lebah mengembangkan tubuh mereka berwarna-warni sebagai sarana kamuflase.

Namun bisa juga warna memainkan peran dalam termoregulasi alias untuk mempertahankan suhu tubuh serangga.

Studi serangga purba yang telah diterbitkan dalam Proceedings of the Royal Society B ini menunjukkan dengan memahami warna dari hewan yang telah punah ini dapat membantu kita menjelaskan ekosistem dan ekologi hewan di masa lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com