Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/05/2020, 17:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- New Normal atau kenormalan baru semakin ramai diperbincangkan dan disebut-sebut dalam rancangan timeline yang beredar luas akan dimulai pada awal Juni mendatang.

Isu new normal ini pun menjadi perdebatan antar kelompok, tentang kapan dan bagaimana sebaiknya new normal di tengah pandemi Covid-19 bisa diterapkan.

Menjawab hal itu, Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Dr Panji Hadisoemarto MPH mengatakan perlu ada pertimbangan kapan new normal benar-benar bisa dilakukan.

"Menurut saya, kapannya (new normal diberlakukan) harus diputuskan setelah, bukan sebelum asesmen risikonya selesai," kata Panji kepada Kompas.com, Rabu (27/5/2020).

Baca juga: PSBB Jakarta Akan Berakhir, Siapkah New Normal Awal Juni?

Menurut dia, keadaan new normal tidak bisa diberlakukan untuk keseluruhan wilayah Indonesia.

"Jadi, kota mana yang masuk new normal di bulan Juni? Tidak bisa bilang Indonesia mau masuk new normal bulan Juni, terlalu heterogen," kata dia saat dihubungi terpisah.

Adapun penerapan new normal bisa dimulai jika sudah melengkapi beberapa indikator epidemiologi diantaranya sebagai berikut.

bWarga menggunakan masker saat menumpangi bus transjakarta di Jl. Letjen S. Parman, Jakarta Barat, Senin (4/5/2020). Provinsi DKI Jakarta memasuki pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diperpanjang ke tahap kedua. Tujuan PSBB ini adalah untuk menekan penyebaran virus corona (Covid-19).KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG bWarga menggunakan masker saat menumpangi bus transjakarta di Jl. Letjen S. Parman, Jakarta Barat, Senin (4/5/2020). Provinsi DKI Jakarta memasuki pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diperpanjang ke tahap kedua. Tujuan PSBB ini adalah untuk menekan penyebaran virus corona (Covid-19).

Baca juga: Nekat Berkerumun saat PSBB, Ingat Risiko Penularan Virus Corona Tinggi

1. Tidak ada atau terkendali kasus Covid-19

Secara epidemiologi, kata Panji, memang idealnya new normal bisa dilakukan kalau sudah tidak ada kasus baru lagi.

"Tapi setidaknya kalau penyebaran sudah terkendali," ujar dia.

Terkendali yang dimaksudkan ini bisa dilihat dari berkurangnya angka reproduksi, proporsi positif dari total pemeriksaan yang menurun, atau penemuan penularan komunitas yang semakin kecil.

Penurunan jumlah kasus positif selama dua Minggu sejak puncak terakhir kurang lebih 50 persen.

bWarga saat berbelanja di tengah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (18/5/2020). Pedagang kembali meramaikan pasar Tanah Abang, saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali memperpanjang penutupan sementara Pasar Tanah Abang hingga 22 Mei 2020 untuk mengurangi kerumunan orang di ruang publik guna mencegah penyebaran COVID-19.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG bWarga saat berbelanja di tengah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (18/5/2020). Pedagang kembali meramaikan pasar Tanah Abang, saat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali memperpanjang penutupan sementara Pasar Tanah Abang hingga 22 Mei 2020 untuk mengurangi kerumunan orang di ruang publik guna mencegah penyebaran COVID-19.

2. Pelonggaran PSBB sudah memenuhi syarat

Pelonggaran PSBB ini akan berkaitan erat dengan kebijakan bisa atau tidaknya ruang publik untuk dibuka kembali.

Dibukanya ruang publik, industri, perkantoran, sekolah dan lain sebagainya untuk kondisi new normal ini bisa dilakukan jika telah memenuhi persyaratan.

Setidaknya pelonggaran PSBB bisa dilakukan jika, ada penurunan jumlah kasus ODP dan PDP selama dua Minggu sejak puncak terakhir kurang lebih 50 persen. Akan dilihat penurunan jumlah meninggal dari kasus positif dan ODP dan PDP.

Kemudian, dilihat juga penurunan jumlah kasus positif dan ODP dan PDP yang dirawat di rumah sakit.

Baca juga: Mal Mungkin Dibuka Saat New Normal, Ini Tanggapan Ahli

Sehingga, jumlah kasus konfirmasi positif terinfeksi Covid-19 juga ikut bertahan landai atau bahkan menurun.

Hal ini menjadi baik, karena risiko transmisi virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 akan terkontrol di saat masyarakat telah beraktivitas seperti biasa dari segala sektor yang ada.

Akan tetapi, Panji juga menegaskan indikator-indikator ini tidak sempurna jadi harus diolah dan dianalisis dengan baik.

"Diintegrasikan sesuai konteks lokal, sebel bisa digunakan untuk memutuskan apakah restriksi sosial bisa dilonggarkan.

Baca juga: Apakah Juni Terlalu Dini untuk New Normal? Ini Kata Ahli

Sementara itu, Direktur Regional dari WHO Asia Tenggara, Dr Poonam Khetrapral Singh menyebutkan new normal ini bisa dilakukan dengan beberapa kondisi yang harus tetap difokuskan.

Di antaranya adalah terus melakukan identifikasi kluster transmisi Covid-19, memantapkan kapasitas sistem dan pencarian atau tracing, mengisolasi pasien dengan kategori yang ditentukan, serta mengkarantina orang-orang yang pernah berkontak dengan pasien positif Covid-19.

 

Masyarakat perlu patuhi protokol kesehatan 

Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono mengingatkan kepada masyarakat akan penting sekali mengubah kebiasaan untuk melanggar anjuran dan aturan yang nantinya akan dikeluarkan terkait new normal.

Masyarakat diimbau agar selalu mematuhi protokol kesehatan dalam upaya mencegah penularan virus corona. 

Di antaranya, kata Pandu, kepatuhan dan kebiasaan menjalani aktivitas dengan physical distancing, memakai masker ke manapun, rajin cuci tangan pakai sabun atau penggunaan hand sanitizer.

Baca juga: New Normal, WHO Tekankan Protokol Kesehatan dan Jarak Sosial Cegah Penularan Corona

Ini adalah keharusan bagi setiap individu dan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri bukan orang lain.

"Yang terpenting untuk masyarakat ada baiknya sekarang itu kita patuhilah minimal menggunakan masker yang benar, cuci tangan, jaga jarak. Kita harus belajar mengantri. Itu aja deh, dilakukan bagus kok," ucap dia.

Serta, ikuti aturan yang diberlakukan di setiap sektor di mana Anda akan beraktivitas nantinya. Mengingat selama new normal diberlakukan, penularan virus corona masih mungkin terjadi, dan tugas setiap individu masyarakat adalah meminimalisir kemungkinan tranmisi itu terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com