Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/05/2020, 12:02 WIB
Yohana Artha Uly,
Sri Anindiati Nursastri

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak adanya kasus Covid-19 di Indonesia, kontak fisik antar sesama semakin berkurang karena adanya social distancing serta penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Penerapan jaga jarak yang sudah berlangsung hampir tiga bulan membuat digitalitasi semakin terasa di kehidupan sehari-hari.

Lantaran orang jadi belajar, bekerja, hingga beribadah secara online di rumah. Bahkan transaksi pembayaran pun sekarang sudah banyak mengandalkan dompet digital.

Kini pemerintah berencana menerapkan kenormalan baru atau new normal yang merupakan gaya hidup baru di tengah masa pandemi Covid-19.

Baca juga: New Normal, Disambut Pengusaha tapi Dipertanyakan Pakar Epidemiologi

Dalam menjalankan new normal, digitalisasi akan semakin masif menjadi bagian dari gaya hidup yang baru, baik dalam dalam bertransaksi maupun berinteraksi dengan sesama.

"Mau enggak mau kita harus masuk new normal. Terus untuk new normal itu nanti lebih cenderung banyak kita revolusi digital," ujar Psikolog Sosial dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Hening Widyastuti kepada Kompas.com, Rabu (28/5/2020).

Digitalisasi tentunya memiliki dampak pada efisiensi sumber daya manusia di berbagai sektor. Perusahaan akan lebih banyak mengandalkan otomatisasi.

Fenomena ini mau tak mau harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, perlu menyiapkan mental untuk menerima new normal yang mengarah ke digitalisasi.

Mengantisipasi libur sekolah berlanjut karena Covid-19, para siswa, guru, dan pengawas sekolah di Tanjab Timur, Jambi memanfaatkan pembelajaran online menggunakan aplikasi zoom meeting dan rumah belajar.DOK. TANOTO FOUNDATION Mengantisipasi libur sekolah berlanjut karena Covid-19, para siswa, guru, dan pengawas sekolah di Tanjab Timur, Jambi memanfaatkan pembelajaran online menggunakan aplikasi zoom meeting dan rumah belajar.

Menurut Hening, jika tidak bisa beradaptasi dengan kenormalan baru malah akan berimbas pada kesehatan mental.

"Kalau kita enggak mengikuti perubahan ini, maka kita akan ketinggalan, itu akan membuat stress dan derpesi luar biasa," katanya.

Hening bilang, menerima realita bahwa adanya perubahan, itu berarti juga harus merubah pola pikir lama menjadi baru. Salah satunya dengan berpikir kreatif.

Baca juga: Viral Prank Sembako Isi Sampah YouTuber Ferdian Paleka, Ini Tanggapan Psikolog

Masyarakat harus mampu mencari peluang dari dalam dirinya, apa yang potensial untuk dikembangkan di tengah semua yang serba digitaliasasi. Hal itu bisa dijadikan peluang untuk meningkatkan kemampuan finansial, seperti dengan berbisnis.

"Kemampuan apa yang digali. menyiapkannya harus mulai dari saat ini. Jadi secara psikologisnya harus menguatkan. Emosi, hati, dan pikiran itu harus di sinkron kalau memang situasi berubah," kata dia.

Dia menambahkan, mencari inspirasi juga dapat dilakukan bersama orang terdekat, teman maupun keluarga. Sehingga bisa saling menguatkan secara psikologis.

"Terus komunikasi dengan rekan-rekan yang positif, bukan yang menjatuhkan. karena itu berpengaruh pada diri kita. Ketika teman support, itu baik untuk psilogist kita. Kita akan semangat, bahwa harus siapkan diri enggak bisa main-main," jelas Hening.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com