Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Viral Konten Influencer Soal Covid-19, Ini Penjelasan Ahli

Kompas.com - 26/05/2020, 17:02 WIB
Yohana Artha Uly,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dunia media sosial sempat dihebohkan dengan konten beberapa influencer terkait Covid-19. Konten-konten viral tersebut menuai respons beragam dari warganet, yang sebagian besar bernada negatif.

Masih hangat diingatan, seorang YouTuber yang membuat konten prank sembako berisikan sampah.

Lalu ada pula selebgram yang meremehkan pandemi di Indonesia dengan mengabaikan protokol Covid-19.

Terbaru, ada pula selebgram yang melelang keperawanannya senilai Rp2 miliar, di mana uang tersebut akan didonasikan untuk penanganan Covid-19.

Baca juga: Video Viral Indira Kalistha, Dokter Ingatkan Covid-19 Bukan Penyakit yang Biasa Saja…

Lalu apakah yang dilakukan para inlfluencer tersebut merupakan aktivitas yang bermaksud untuk panjat sosial (pansos) di tengah pandemi?

Psikiater Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, SpKJ menilai, perilaku para influencer terkait Covid-19 memenuhi kategori sebagai upaya pansos. Terlihat dari konten-konten sensitif yang mereka hasilkan.

YouTuber Ferdian Paleka kini jadi buronan polisi terkait kasus prank sembako berisi batu dan taoge busuk. Dok. Instagram @ferdianpalekaa YouTuber Ferdian Paleka kini jadi buronan polisi terkait kasus prank sembako berisi batu dan taoge busuk.

Baca juga: Viral Prank Sembako Isi Sampah YouTuber Ferdian Paleka, Ini Tanggapan Psikolog

"Saya lihat itu mereka memenuhi karakter untuk dikatakan melakukan upaya social climbing (pansos). Di antaranya adalah, mereka menghalalkan segala cara, lewat konten yang sebenarnya itu sensitif. Tidak berempati dengan situasi yang dihadapkan masyarakat saat ini," ujarnya dalam live Instagram bertema Fenomena Pansos di Tengah Pandemi, Senin (25/5/2020).

Psikiater yang akrab disapa Noriyu ini menjelaskan, fenomena pansos merupakan serangkaian upaya yang dilakukan seseorang untuk mencitrakan dirinya sedemikian rupa hingga memiliki status sosial yang tinggi. Pada akhirnya status ini memberikan nilai keekonomian bagi mereka.

 

Menurut dia, serangkaian upaya itu umumnya dilakukan dengan cukup terencana, masif, dan cenderung bombastis.

Jadi untuk mencapai tujuan pansos, seseorang akan menghalalkan segala cara, tak peduli dengan kualitas konten.

"Seperti yang dilakukan para politisi di mana mereka lakukan branding diri, supaya elektabilitas tinggi. Ini mirip-mirip seperti itu, karena ujungnya adalah nilai keekonomian," ujarnya.

Baca juga: WHO Tangguhkan Semua Percobaan Hidroksiklorokuin untuk Obat Covid-19

Menurut Nova, orang-orang yang melakukan pansos cenderung tidak peduli mengenai prestasi, yang terpenting bagi mereka adalah mendapatkan perhatian publik dalam waktu yang singkat.

Hal yang mereka tampilkan bukanlah sesuatu yang menunjukkan kepandaian, melainkan kebodohan. Di mana tidak ada nilai edukasinya kepada masyarakat.

"Semakin menegaskan karakteristik pansos itu kurang memperhatikan value (nilai) atau bobot, jadi enggak ada bobot (kontennya)," kata dia.

Baca juga: Viral Lemon dan Teh Bunuh Virus Corona, Ahli Tegaskan Itu Hoaks

Dia menyatakan, era digitalisasi memang membuat munculnya generasi 'saya'. Fenomena generasi "saya" ini adalah generasi yang cenderung narsistik, senang mencari dan mendapatkan perhatian banyak orang.

"Ada penelitian, munculnya generasi 'saya' karena sebenarnya platform-platform yang ada seperti Instagram, Facebook, dan (media sosial) lainnya, itu memberi akses atau kemudahan bagi mereka yang ingin tampil," kata Nova.

Banyaknya platform media sosial di masa kini, semakin memberikan ruang untuk seseorang lebih menonjolkan dirinya pada publik, terutama dalam memanfaatkan masa pandemi Covid-19 seperti saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com