Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengobatan Corona: Obat Pengencer Darah Bisa Selamatkan Pasien Covid-19

Kompas.com - 08/05/2020, 17:31 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

KOMPAS.com - Sejak virus corona baru merebak di China, hingga kini obat maupun vaksin belum ditemukan. Namun, hingga hampir 4 juta orang terinfeksi, lebih dari 1,3 juta orang sembuh dari penyakit ini.

Para dokter dan tenaga medis di seluruh dunia memberikan beragam perawatan.

Seperti melansir Science Daily, Jumat (8/5/2020), untuk mengobati pasien Covid-19 yang mengalami penggumapalan darah, dokter di Mount Sinai Hospital menggunakan pengencer darah.

Mount Sinai Hospital adalah rumah sakit keenam di Amerika Serikat spesialis kardiologi dan bedah jantung.

Baca juga: Efek Infeksi Virus Corona ini Bikin Bingung Dokter, Kok Bisa?

Para peneliti di Mount Sinai Covid Informatics Center melaporkan pengobatan pasien Covid-19 dengan obat antikoagulan atau pengencer darah dapat memperlambat pembekuan darah.

Perawatan ini diklaim dapat meningkatkan peluang hidup para pasien yang terinfeksi virus SARS-CoV-2.

Penelitian ini telah diterbitkan dalam Journal of the American College of Cardiology pada 6 Mei lalu dan dinilai dapat meberi wawasan baru tentang cara merawat pasien corona di rumah sakit.

Dalam studi ini, ditemukan pasien Covid-19 yang diobati dengan pengencer darah menunjukkan peningkatan kondisi kesehatan yang makin membaik selama berada di unit perawatan intensif.

Baca juga: Peneliti Uji Darah Pasien yang Pulih untuk Pengobatan Covid-19

Penelitian ini menunjukkan antikoagulan yang diminum, subkutan atau intravena dapat memainkan peran utama dalam merawat pasien Covid-19.

"Ini dapat mencegah kemungkinan dari efek mematikan virus corona, seperti serangan jantung, stroke dan emboli paru," jelas penulis senior Valentin Fuster, MD, PhD, Direktur Jantung Mount Sinai.

Kendati demikian, penggunaan antikoagulan harus dipertimbangkan ketika pasien dirawat di UGD dan telah diuji positif Covid-19 untuk meningkatkan hasil.

"Namun, setiap kasus harus dievaluasi secara individual untuk memperhitungkan potensi risiko perdarahan," imbuh dia.

Efek antikoagulan pada pasien Covid-19 parah

Publikasi penelitian ini mengikuti penelitian terbaru dari Fakultas Kedokteran Icahn di Mount Sinai yang menunjukkan sejumlah pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit menunjukkan penggumpalan darah yang mengancam jiwa.

Sekelompok tim peneliti mengevaluasi catatan dari 2.773 pasien positif Covid-19 yang dikonfirmasi dirawat di lima rumah sakit di Mount Sinai Health System in New York City, antara 14 Maret dan 11 April 2020.

Fokus penelitian ini pada kelangsungan hidup pasien yang menggunakan pengencer darah dibandingkan pasien lain yang tidak diberi perawatan tersebut.

Baca juga: CT Scan Pasien Covid-19 Ini Tunjukkan Keparahan akibat Virus Corona

Dari pasien Covid-19 yang dianalisis, sebanyan 786 pasien atau sekitar 28 persen, menerima dosis penuh antikoagulan yang biasa diberikan untuk mencegah penggumpalan darah atau diduga memiliki gumpalan darah.

Di antara pasien yang tidak selamat, mereka yang menggunakan antikoagulan meninggal setelah menghabiskan rata-rata 21 hari di rumah sakit.

Ilustrasi pasien corona, virus corona, Covid-19Shutterstock/Kobkit Chamchod Ilustrasi pasien corona, virus corona, Covid-19

Baca juga: Sekuensing Genom Corona SARS-CoV-2, Ini Manfaatnya bagi Indonesia

Dibandingkan dengan pasien non-antikoagulan yang meninggal setelah rata-rata 14 hari di rumah sakit.

Efek antikoagulan memiliki efek yang lebih nyata pada pasien yang menggunakan ventilator.

Sebanyak 62,7 persen pasien yang diintubasi yang tidak diobati dengan antikoagulan meninggal, sedangkan 29,1 persen pasien intubasi yang diobati dengan antikoagulan dapat bertahan hidup.

Dari pasien yang diintubasi yang tidak bertahan hidup, mereka yang tidak memiliki antikoagulan meninggal setelah 9 hari, sedangkan mereka yang menggunakan antikoagulan meninggal setelah 21 hari.

Semua pasien dalam penelitian ini menjalani pemeriksaan darah ketika mereka tiba di rumah sakit, termasuk mengukur berbagai penanda inflamasi.

Baca juga: Studi Covid-19: Virus Corona Lebih Rentan Infeksi Pria dan Obesitas

Analisis menunjukkan pasien yang menerima antikoagulan memiliki penanda inflamasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang tidak diobati dengan antikoagulan.

Selanjutnya, hasil pemeriksaan ini mungkin dapat menyarankan pasien dengan penyakit yang lebih parah untuk mengambil manfaat dari antikoagulan sejak dini.

"Kami berharap laporan hubungan terapi antikoagulasi ini dengan kelangsungan hidup yang lebih baik akan dikonfirmasi dalam penyelidikan di masa depan," jelas peneliti.

Para ilmuwan di Mount Sinai terus menganalisis data pasien Covid-19 untuk berkontribusi dalam menemukan perawatan yang tepat bagi pasien yang terinfeksi virus corona.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com