Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Limbah Infeksius Corona Dianggap Bahaya, Ini Prosedur Mengolahnya di Rumah

Kompas.com - 27/04/2020, 20:02 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi


KOMPAS.com- Dinilai dapat berbahaya dan berpotensi menjadi sumber penyakit baru, masyarakat perlu tahu bagaimana cara pengelolaan limbah infeksius yang jumlahnya semakin meningkat di tengah pandemi corona yang masih masif kasusnya di Indonesia saat ini.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI, memprediksikan terdapat peningkatan 30 persen limbah infeksius selama pandemi virus corona yang menyebabkan Covid-19 ini dibandingkan dengan sebelum pandemi.

KLHK juga mengeluarkan Surat Edaran tentang Pengelolaan Limbah Infeksius (Limbah B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun) dan Sampah Rumah Tangga dari Penanganan Corona Virus Disease (Covid-19).

Limbah medis selama pandemi Covid-19 ini terjadi dipastikan akan terus meningkat. Tidak hanya dihasilkan dari rumah sakit atau puskesmas saja, tetapi juga dari klinik-klinik, unit transfusi dan apotek serta rumah tangga.

Baca juga: Corona Sebabkan Limbah Infeksius, Pemusnahannya Masih Terkendala

Limbah infeksius ini pun dibagi dalam tiga ruang lingkup.

1. Limbah infeksius yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes)

Dijelaskan oleh Kepala Loka Penelitian Teknologi Bersih Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ajeng Arum Sari PhD, cara pengelolaan limbah infeksius di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes), tentunya akan berbeda dengan limbah dari lingkungan perumahan.

Limbah infeksius di fasyankes harus disimpan dalam kemasan tertutup, dan paling lama penyimpanan tersebut adalah dua haris setelah dihasilkan.

"Limbah ini setelah disimpan harus dimusnahkan dengan fasilitas insinerator dengan suhu pembakaran 800 derajat celcius," kata Ajeng.

Pembakaran dengan suhu tinggi melalui insinerator ini penting dilakukan untuk benar-benar memusnahkan kuman atau organisme jahat termasuk virus dan bakteri.

Baca juga: Ilmuwan Gunakan Selembar Kertas untuk Temukan Corona dalam Air Limbah

Bahkan untuk limbah infeksius yang berhubungan dengan pasien Covid-19, maka pemusnahan harus dilakukan dengan suhu di atas 800 derajat celcius.

"Harus diperiksa dulu sebelumnya, bahan-bahannya apakah aman untuk di insinerasi atau tidak," ujar dia.

Pemusnahan limbah juga bisa dilakukan dengan suhu yang lebih rendah, jika menggunakan fasilitas bernama autoclave yaitu dengan pembakaran pada suhu 56 derajat celcius hingga 140 derajat celcius tergantung dengan kategori jenis limbah yang ingin dimusnahkan.

Masih banyak teknologi atau fasilitas lainnya yang dapat digunakan uuntuk memusnahkan limbah infeksius.

Akan tetapi, kata Ajeng, sejauh ini yang terbaik sebenarnya adalah autoclave karena tidak menimbulkan kerugian kesehatan lainnya seperti risiko dioksin pada insinerator.

"Teknologi ini (autoclave) direkomendasikan karena tidak menimbulkan kerugian dan tidak mahal," tutur dia.

Ilustrasi pasien virus corona, virus coronaShutterstock Ilustrasi pasien virus corona, virus corona

Baca juga: Masker Bedah, Bisakah Dipakai untuk Cegah Penularan Virus Corona?

Sementara, fasilitas insinerator masih membutuhkan penanganan lanjutan atas dampak dioksin yang bisa muncul dari proses pengelolaan limbah infeksius pertama.

Tetapi insinerator inilah yang umumnya masih banyak dipakai di Indonesia.

2. Limbah infeksius yang berasal dari rumah tangga dan terdapat ODP

Pada sampah atau limbah infeksius yang dihasilkan di rumah tangga atau perumahan dan bukan fasyankes juga berbeda prosedurnya.

Contoh limbah infeksius di rumah tangga yang terdapat ODP ini yaitu seperti sampah masker, tisu dan sarung tangan sekali pakai.

Berikut beberapa cara pengelolaan limbah infeksius kategori ini, yang bisa Anda lakukan.

  • Pisahkan sampah masker, tisu dan sarung tangan sekali pakai.
  • Gunting sampah tersebut
  • Rendam di dalam larutan disinfektan
  • Lanjutkan dengan dikemas secara khusus dengan beri tanda limbah B3
  • Buanglah
  • Pastikan Anda menggunakan alat pelindung diri dalam melakukan tindakan pemilahan dan pengelolaan sampah tersebut
  • Jangan lupa untuk mencuci tangan menggunakan sabun

Penanganan limbah dalam kategori ini bisa dilakukan mandiri oleh pemilik rumah, atau dikelola secara komunal yaitu melalui tempat penampungan limbah B3 di sekitar lingkungannya jika ada.

Baca juga: Cegah Corona, Ini Kata Ahli Kesehatan Dunia tentang Masker Non-medis

3. Sampah rumah tangga serta sampah sejenis sampah rumah tangga

Limbah dalam kategori ini merupakan limbah dari sampah rumah tangga biasanya. Baik sampah organik maupun non-organik, dengan catatan tidak ada anggota keluarga ODP di rumah tersebut.

Pengelolaan sampah dalam kategori ini bisa berlaku seperti mengelolah sampah pada umumnya. Biasa dilakukan sendiri dan juga dikumpulkan ke tempat sampah bersama dan dikelola oleh petugas persampahan.

Tumpukan plastik berisi limbah medis ditemukan di Dusun Kepuh, Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Minggu (9/9/2018).KOMPAS.com/Farida Farhan Tumpukan plastik berisi limbah medis ditemukan di Dusun Kepuh, Desa Pusakajaya Utara, Kecamatan Cilebar, Kabupaten Karawang, Minggu (9/9/2018).

Dengan tetaplah rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, setelah melakukan pemilahan sampah tersebut.

Kenapa mengelola limbah infeksius ini penting?

Ajeng mengatakan ada potensi dampak limbah bagi kesehatan dan lingkungan apabila tidak tertangani dengan bak.

Di antaranya dampaknya bisa berupa paparan patogen dan bahan kimia beracun, cedera akibat benda tajam, tercemarnya air, udara dan tanah.

Baca juga: Pandemi Corona Tekankan Pentingnya Regulasi Perdagangan Satwa Liar

"Sosialisasi prosedur dan teknologi pemusnahan limbah Covid-19 di fasyankes dan masyarakat ini penting," kata dia.

Ajeng menegaskan prosedur pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan limbah Covid-19 harus memerhatikan prinsip kehati-hatian, sehingga dapat mencegah penularan virus corona ini.

"Petugas sampah diminta untuk menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), mencegah kemungkinan infeksi virus corona (SARS-CoV-2)," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com