Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Volume Otak Astronot Bertambah Akibat Perjalanan Luar Angkasa, Kok Bisa?

Kompas.com - 15/04/2020, 12:31 WIB
Sri Anindiati Nursastri

Penulis

Sumber CNN

KOMPAS.com – Para peneliti menemukan kejanggalan pada volume otak astronot yang melakukan perjalanan luar angkasa dalam waktu lama.

Biasanya, astronot yang melakukan space travel dalam waktu lama ditempatkan di International Space Station (ISS) untuk jangka waktu 6 bulan bahkan lebih.

Studi terbaru menunjukkan bahwa perjalanan luar angkasa bisa menimbulkan perubahan struktur organ dalam tubuh, termasuk otak.

Baca juga: Di Tengah Pandemi Corona, 3 Astronot Meluncur ke Stasiun Luar Angkasa

Volume otak astronot yang tinggal di luar angkasa dalam waktu lama terbukti meningkat. Hal ini akibat bertambahnya volume cairan pada kelenjar otak (pituitary gland).

Melansir CNN, Rabu (15/4/2020), pituitary gland atau disebut juga master gland merupakan kelenjar yang terletak pada dasar tengkorak.

Sebanyak 11 astronot, 10 pria dan 1 wanita, mengikuti studi ini sebelum dan setelah mereka melakukan misi luar angkasa. Para astronot melakukan MRI otak sebelum berangkat, satu hari usai kembali ke Bumi, dan beberapa MRI lanjutan pada tahun berikutnya.

Baca juga: Astronot Coba Menumbuhkan Organ di Luar Angkasa, Mungkinkah?

Waktu rata-rata yang dihabiskan para astronot di luar angkasa adalah 171 hari. Ketika kembali ke Bumi, para peneliti menemukan cairan otak bertambah sekitar 2 persen.

Bertambahnya jumlah cairan ini masih ditemukan satu tahun usai perjalanan ke luar angkasa. Sehingga, para peneliti percaya perubahan ini adalah permanen.

Ilustrasimonsitj Ilustrasi

Neuro-ocular syndrome

Astronot yang melakukan perjalanan di luar angkasa dalam waktu lama kerap mengeluhkan apa yang disebut NASA sebagai neuro-ocular syndrome.

Ini terjadi akibat pergeseran aliran darah yang tercipta akibat nol gravitasi, sehingga lebih banyak tekanan yang dirasakan oleh kepala.

Hal ini menyebabkan masalah penglihatan. Neuro-ocular syndrome dirasakan oleh lebih dari setengah total astronot yang pernah ke luar angkasa.

Baca juga: Astronot Panen Selada di Stasiun Luar Angkasa, Amankah Dikonsumsi?

Ketika kembali ke Bumi dan pengecekan dilakukan terhadap para astronot, terlihat bahwa terdapat pembengkakan pada pembuluh darah optik yang menghubungkan mata dan otak. Selain juga pendarahan retina, bintik-bintik putih pada retina, dan perubahan lainnya pada mata.

Beberapa studi telah menggarisbawahi fenomena ini dan mencari tahu alasan neuro-ocular syndrome sangat mudah dirasakan oleh astronot.

Baca juga: Astronot Coba Memanggang Kue Kering di Luar Angkasa, Apakah Berhasil?

“Ketika Anda berada dalam gravitasi mikro, cairan tubuh tidak mengalir ke arah seharusnya namun menuju ke otak,” tutur Dr Larry A Kramer dari University of Texas Health Science Center, sekaligus peneliti studi ini.

Pergerakan cairan tubuh ke arah kepala ini, lanjutnya, menyebabkan perubahan struktur pada bagian kepala termasuk mata. Studi ini dimuat dalam jurnal Radiology.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com