Ada ketakutan bahwa orang akhirnya akan menggunakan kembali masker - yang tidak higienis - menggunakan masker yang dijual di pasar gelap, atau memakai masker buatan sendiri, yang bisa memiliki kualitas lebih rendah dan pada dasarnya tidak berguna.
Orang-orang yang tidak mengenakan masker di tempat-tempat ini juga mengalami stigma, sampai-sampai mereka dijauhi dan dihalangi ketika masuk ke toko-toko dan gedung-gedung.
Di Hong Kong, beberapa tabloid menunjukkan gambar pada sampul mereka tentang orang Barat yang tidak mengenakan masker dan berkumpul dalam kelompok di distrik kehidupan malam, dan mengkritik ekspatriat dan turis karena tidak mengambil tindakan pencegahan yang cukup.
Tetapi diskriminasi itu berlaku dua arah.
I'm so tired of being harassed for wearing masks in the US. I wore a mask on my way to work today. One man walked up and coughed loudly at me. A few minutes later, another man aggressively approached me&asked: "r u a nurse?" I'm no nurse. I just know what's coming for all of us.
— Xinyan Yu (@xinyanyu) March 18, 2020
Di negara di mana mengenakan masker bukan bagian dari norma, seperti di dunia Barat, mereka yang menggunakan masker akan dihindari, atau bahkan diserang. Apalagi, kebanyakan penggunanya adalah orang Asia.
Tetapi masyarakat yang melakukan advokasi setiap orang yang memakai masker mungkin ada benarnya, para ahli kini mempertanyakan saran resmi WHO.
Pertama, ada beberapa bukti yang muncul bahwa ada lebih banyak "pembawa virus yang tak terlacak", atau orang sehat dengan virus yang menunjukkan sedikit atau tanpa gejala, daripada yang diperkirakan para ahli.
Di China, diperkirakan sepertiga dari semua kasus positif tidak menunjukkan gejala, menurut data pemerintah China yang dilaporkan oleh South China Morning Post.
Di kapal pesiar Diamond Princess yang merapat di Yokohama, sekitar setengah dari lebih dari 600 kasus yang positif ditemukan pada mereka yang tidak menunjukkan gejala.
Kasus asimtomatik serupa juga dilaporkan di Islandia, yang mengklaim negara itu menguji warganya dengan proporsi yang lebih banyak daripada negara mana pun.
Keyakinan yang berlaku adalah bahwa karena orang-orang ini tidak menunjukkan gejala, mereka tidak terlalu menular.
Tetapi beberapa orang mempertanyakan ini sekarang. Mungkin jika semua orang memakai masker maka orang yang diam-diam membawa virus itu tidak akan berubah menjadi penyebar?
Sebuah studi kasus yang baru-baru ini diterbitkan di China menemukan bahwa "kasus infeksi yang tidak terlaporkan", atau yang memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sangat menular dan dapat menyebabkan hampir 80% kasus virus positif.
Ini hanya satu studi, dan penelitian masa depan tidak diragukan lagi akan menambah nuansa pada keseluruhan gambaran.
Masker wajah mungkin merupakan produk dari sejarah baru-baru ini, pengalaman dengan penularan dan norma budaya.
Tetapi ketika skala pandemi ini meningkat, bersama dengan bukti dan penelitian, perilaku kita mungkin akan berubah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.