Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masker Saat Wabah Corona, Kenapa Ada Negara yang Pakai dan Tidak?

Kompas.com - 01/04/2020, 10:30 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Editor

Sementara di Indonesia dan Filipina, yang dicurigai memiliki banyak kasus yang tidak dilaporkan, sebagian besar orang-orang di kota besar mulai mengenakan masker untuk melindungi diri dari orang lain.

Bagi negara-negara ini, mengenakan masker adalah norma budaya bahkan sebelum virus corona. Masker telah menjadi bagian dari fesyen - pada suatu masa masker bergambar tokoh kartun Hello Kitty banyak ditemui di pasar jalanan Hong Kong.

Baca juga: Pahami Aturan Pakai Masker, Hanya Boleh Sekali hingga Buangnya Dirobek

Di Asia Timur, banyak orang terbiasa mengenakan masker ketika mereka sakit atau ketika musim demam, karena dianggap tidak sopan jika bersin atau batuk secara terbuka.

Wabah virus SARS pada 2003, yang mempengaruhi beberapa negara di kawasan itu, juga mendorong pentingnya menggunakan masker, terutama di Hong Kong, di mana banyak orang meninggal akibat virus ini.

Jadi, satu perbedaan utama antara masyarakat di Asia dan Barat adalah bahwa mereka telah mengalami penularan sebelumnya - dan ingatannya tentang penyakit menular itu masih segar dan menyakitkan.

Sementara di Asia Tenggara, terutama di kota-kota berpenduduk padat, banyak yang memakai topeng di jalanan hanya karena polusi.

Akan tetapi kebiasaan itu belum menyebar sepenuhnya di seluruh Asia - di Singapura, pemerintah telah mendesak masyarakat untuk tidak mengenakan masker guna memastikan pasokan yang memadai bagi petugas kesehatan dan orang-orang yang memang sangat membutuhkannya.

Ada kepercayaan publik yang substansial pada pemerintah, sehingga orang cenderung mendengar arahan tersebut.

Baca juga: Dekan FKUI Tegaskan Masker untuk Pasien, Bukan Orang Sehat

Masker sebagai dorongan sosial

Beberapa orang berpendapat bahwa mengenakan masker di mana-mana, sebagai pengingat akan bahaya virus ini, bisa bertindak sebagai "dorongan perilaku" bagi Anda dan orang lain untuk menjaga kebersihan pribadi lebih baik.

"Mengenakan masker setiap hari sebelum Anda pergi adalah seperti ritual, seperti mengenakan seragam dan dalam ritual Anda," ujar Doald Low, seorang ekonom perilaku dan profesor di Hong Kong University of Science and Technology.

"Anda merasa harus hidup sesuai dengan apa yang diseragamkan oleh norma sosial yang dianggap perilaku yang higienis, seperti tidak menyentuh wajah Anda atau menghindari keramaian dan menjaga jarak sosial," imbuhnya lagi.

Lantas, ada gagasan bahwa setiap hal kecil diperlukan dalam pertempuran melawan virus.

"Kami tidak dapat mengatakan apakah masker tidak efektif, akan tetapi kami menganggap masker memiliki efek karena perlindungan yang diberikannya kepada petugas kesehatan," ujar Benjamin Cowling, seorang ahli epidemiologi di Universitas Hong Kong.

"Jika masker wajah digunakan pada banyak orang di daerah ramai, saya pikir itu akan memiliki efek pada transmisi publik, dan saat ini kami sedang mencari setiap langkah kecil yang kami bisa untuk mengurangi transmisi - itu bertambah."

Tapi tentu saja ada kelemahannya. Beberapa tempat seperti Jepang, Indonesia dan Thailand menghadapi kekurangan pasokan saat ini, dan Korea Selatan harus membagikan masker.

Baca juga: 5 Kesalahan yang Memperburuk Wabah Corona, termasuk Pemakaian Masker

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com