Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/03/2020, 19:02 WIB
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Penulis

Lebih spesifik, para ilmuwan ini berfokus pada dua fitur penting dari bagian spike protein virus.

Di mana domain pengikat reseptor (RBD), sejenis pengait yang menempel pada inang dan situs pembelahan, pembuka molekul yang memungkinkan virus untuk membuka celah kemudian memasuki sel inang.

Baca juga: Pakar Johns Hopkins Adopsi Metode Antibodi dari Abad 19 pada Covid-19

Bukti evolusi alami virus SARS-CoV-2

Para ilmuwan menemukan bagian RBD dari spike protein SARS-CoV-2 telah berevolusi agar secara efektif menargetkan fitur molekuler di bagian luar sel manusia yang disebut ACE2, sebuah reseptor yang berperan penting dalam pengaturan tekanan darah.

Spike protein SARS-CoV-2 sangat efektif dalam mengikat sel-sel manusia, bahkan para ilmuwan menyimpulkan itu adalah hasil seleksi alam dan bukan produk rekayasa genetika.

Bukti evolusi alami ini didukung oleh data penting dari SARS-CoV-2, yakni struktur molekul keseluruhan. Jika, seseorang berusaha merekayasa virus corona baru sebagai patogen, maka mereka akan membuat dari backbone virus yang dikethui menyebabkan penyakit.

Baca juga: Kelelawar Inang Virus SARS, Hendra hingga Covid-19, Ahli Peringatkan

Akan tetapi, para ilmuwan menemukan backbone dari SARS-CoV-2 berbeda secara substansial dengan yang ada pada virus corona saat ini dan kebanyakan menyerupai virus yang ditemukan pada kelelawar dan trenggiling.

"Kedua fitur virus ini, bermutasi pada RBD dari spike protein dan backbone virus yang berbeda. Hal ini mengesampingkan rekayasa laboratorium sebagai potensi asal SARS-CoV-2," jelas Andersen.

Josie Golding, PhD, yang memimpin epidemi di Wellcome Trust yang berbasis di Inggris mengatakan temuan Andersen dan tim penelitinya, sangat penting untuk memberi pandangan berbasis bukti untuk menyangkal rumor tentang asal-usul virus yang menyebabkan Covid-19.

"Mereka menyimpulkan virus adalah produk evolusi alami. Ini mengakhiri spekulasi tentang rekayasa genetika yang disengaja," sambung Golding.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com