Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Temuan Ular Air Baru, Spesies Ular Endemik di Sulawesi Total Jadi 60

KOMPAS.com - Tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil menemukan jenis ular air baru di Danau Towuti, Sulawesi Selatan.

Temuan taksa baru ular yang diberi nama Hypsiscopus indonesiensis ini pun menambah jumlah spesies ular di Sulawesi yang semula berjumlah 59 spesies menjadi 60 spesies.

Temuan spesies ular ini berdasarkan studi molekuler yang dilakukan tim peneliti BRIN bersama tim dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Tanjungpura, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Mengutip laman resmi BRIN, Senin (29/1/2024) peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, BRIN, Amir Hamidy mengungkapkan Hypsiscopus indonesiensis memiliki ciri tertentu.

Ciri spesies ular air baru yang ditemukan

Ular bewarna abu-abu kecoklatan tersebut memiliki ekor yang pipih secara lateral, jumlah baris sisik yang lebih banyak di bagian tengah tubuh, jumlah sisik ventral yang lebih banyak, jumlah sisik ekor yang lebih sedikit, dan pola warna yang khas (blirik) dibandingan jenis Hypsiscopus lain.

Jika dilihat dari karekter fisiknya, ular endemik Sulawesi ini populernya disebut ular air ekor pipih.

Kelompok genus tersebut hidup diperairan tawar dan memangsa ikan kecil, anak katak dan kepiting.

Sementara dilihat dari panjang tubuhnya H. indonesiensis relatif kecil, yakni kurang dari 1 meter (>700mm) dan hanya tersebar di Danau Towuti.

Alhasil ular ini memiliki tingkat endemisitas yang lebih tinggi dibandingkan H. matannensis.

Kendati demikian perlu studi lebih lanjut mengenai populasi dan sebarannya untuk mengevaluasi status konservasinya.

Amir menjelaskan empat jenis dari genus ini, tiga jenisnya terdapat di Sulawesi dan dua jenis di antaranya adalah endemik Sulawesi, yaitu H. indonesiensis (endemik Danau Towuti) dan H. matanensis di Danau Matano dan beberapa wilayah Sulawesi lainnya.

“Saat ini jumlah ular endemik di Sulawesi hampir mencapai 60%. Jika dibandingkan Kepulauan Sundaland jumlah tersebut jauh lebih rendah, namun endemisitasnya lebih tinggi," katanya.

"Sumatera memiliki 127 spesies ular, dimana 16% di antaranya adalah endemik, sedangkan Kalimantan memiliki 133 spesies (23% endemik), Jawa dan Bali (110 spesies, 6,4%) bersifat endemik,” terang Amir lagi.

Periode isolasi Sulawesi

Amir yang saat ini juga menjabat sebagai Direktur Sekretariat Kewenangan Ilmiah Keanekaragaman Hayati (SKIKH) BRIN menuturkan, tingkat endemisitas yang tinggi dan kekayaan spesies yang relatif rendah kemungkinan besar terkait dengan periode isolasi Sulawesi yang lama dari Kepulauan Sunda Besar lainnya.

Oleh karena itu para taksonom menyarankan perlunya penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi status taksonomi Hypsiscopus Sulawesi karena keterbatasan spesimen berpotensi menyesatkan dalam studi morfologi.

Sebagai informasi, Sulawesi adalah sebuah pulau di Kepulauan Indo-Australia yang terkenal dengan sejarah geologi yang unik dan hotspot keanekaragaman hayati bagi banyak spesies, serta pola endemisme pada taksa tertentu.

Pulau ini memiliki beberapa danau purba yang terfragmentasi pada masa Pliosen, antara lain Danau Matano dan Danau Towuti, serta Danau Mahalona. Kedua danau besar tersebut dihubungkan dengan sistem sungai yang sangat terbatas.

Fragmentasi yang sangat besar ini kemungkinan menjadi penyebab spesiasi alopatrik pada nenek moyang H. matannensis dan H. indonesiensis.

Keberadaan spesies H. plumbea yang tersebar luas dan interaksinya dengan dua spesies endemik lain di Danau Matano, Mahalona dan Towuti juga perlu diteliti lebih lanjut untuk menggambarkan sebaran geohistoris genus Hypsiscopus di Sulawesi.

Pada tahun 1985 Den Bosch mencatat terdapat 55 jenis ular di Sulawesi. Dua puluh tahun kemudian yakni tahun 2005, De Lang & Vogel merevisi jumlah tersebut menjadi 52 spesies. Sejak saat itu, tujuh spesies ular baru berhasil diidentifikasi di Sulawesi. Namun temuan baru kali ini kemudian menggenapkan jumlah ular darat di Sulawesi menjadi 60 spesies.

Temuan ini kemudian dipublikasikan di jurnal Treubia Volume 50 Nomor 1 tahun 2023.

https://www.kompas.com/sains/read/2024/01/30/093109423/temuan-ular-air-baru-spesies-ular-endemik-di-sulawesi-total-jadi-60

Terkini Lainnya

Seberapa Bahaya Turbulensi Pesawat Terbang?

Seberapa Bahaya Turbulensi Pesawat Terbang?

Oh Begitu
Bagaimana Bahasa Berkembang?

Bagaimana Bahasa Berkembang?

Fenomena
Obat Penumbuh Gigi Segera Diuji pada Manusia

Obat Penumbuh Gigi Segera Diuji pada Manusia

Fenomena
Apakah Aturan Sebelum 5 Detik itu Benar? Sains Punya Jawabannya

Apakah Aturan Sebelum 5 Detik itu Benar? Sains Punya Jawabannya

Oh Begitu
Perubahan Iklim Terbukti Ganggu Kesehatan Saraf

Perubahan Iklim Terbukti Ganggu Kesehatan Saraf

Fenomena
Bagaimana Manusia Prasejarah Mengolah Logam?

Bagaimana Manusia Prasejarah Mengolah Logam?

Fenomena
Mengapa Kita Suka Bernyanyi di Kamar Mandi?

Mengapa Kita Suka Bernyanyi di Kamar Mandi?

Kita
Bisakah Evolusi Menghadirkan Kembali Dinosaurus?

Bisakah Evolusi Menghadirkan Kembali Dinosaurus?

Oh Begitu
Mengapa Beberapa Orang Bersikap Jahat di Internet? Psikologi Jelaskan

Mengapa Beberapa Orang Bersikap Jahat di Internet? Psikologi Jelaskan

Kita
Platipus Tidak Punya Perut, Kenapa Begitu?

Platipus Tidak Punya Perut, Kenapa Begitu?

Oh Begitu
Hewan Apa yang Tercepat di Lautan?

Hewan Apa yang Tercepat di Lautan?

Oh Begitu
Speculoos-3b, Planet Seukuran Bumi yang Waktu Orbitnya Hanya 17 Jam

Speculoos-3b, Planet Seukuran Bumi yang Waktu Orbitnya Hanya 17 Jam

Fenomena
5 Alasan Orang Berselingkuh Menurut Sains

5 Alasan Orang Berselingkuh Menurut Sains

Kita
Rambut Beethoven Ungkap Masalah Kesehatan Sang Komposer

Rambut Beethoven Ungkap Masalah Kesehatan Sang Komposer

Kita
Apakah Psikopat Bisa Jatuh Cinta?

Apakah Psikopat Bisa Jatuh Cinta?

Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke