Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa Saja Benda Luar Angkasa yang Mengeluarkan Suara?

KOMPAS.com - Berkat film horor sci-fi Alien yang rilis pada tahun 1979 silam, tagline "in space no one can hear you scream" menjadi sangat terkenal.

Kalimat ini seolah menegaskan bahwa tidak ada suara yang bisa kita dengar di luar angkasa. Kenyataannya, penjelasan mengenai hal ini lebih dari sekadar ya atau tidak. 

Di ruang antarplanet, antarbintang, atau antargalaksi memang tidak ada suara yang dapat kita dengar. Namun, menurut IFL Science, jika berbicara tentang suara secara umum, di luar kemampuan indra pendengaran manusia, maka luar angkasa tentu memiliki suara.

Benda-benda luar angkasa yang mengeluarkan suara

Melansir BBC Sky at Night Magazine, berikut adalah beberapa benda di luar angkasa yang diketahui memiliki suara.

1. Jupiter

Para astronom amatir memanfaatkan sonifikasi untuk mendengarkan suara Jupiter menggunakan penerima gelombang pendek dan antena yang terhubung ke speaker.

Pertama kali ditemukan pada tahun 1955, suara radio dari Jupiter terdengar beragam. Ahli mendeskripsikannya dengan berbagai suara di Bumi, seperti suara ombak yang menerjang pantai, burung pelatuk, dan nyanyian paus.

Siaran dari 'Radio Jove' berasal dari laser radio alami, yang disebabkan oleh gas penghantar listrik yang dimuntahkan ke medan magnet Jupiter oleh gunung berapi di satelitnya Io.

Gas ini terkumpul dalam torus berbentuk donat di sekitar Jupiter dan, saat Io melewatinya, menciptakan gelombang magnet 'Alfven'.

Gelombang-gelombang ini bergerak di sepanjang garis gaya magnet di medan Jupiter dan mentransmisikan daya sebesar 40 triliun watt ke wilayah kutubnya, menyalakan laser radio yang secara berkala melewati Bumi.

2. Matahari

Pada tahun 1960-an ditemukan bahwa permukaan Matahari terbit dan tenggelam dengan jangka waktu lima menit. Ini ditemukan menggunakan spektroskopi dan Efek Doppler.

Jika benda penghasil suara menjauh dari telinga, kita akan mendengar nada suara turun, namun jika benda tersebut bergerak ke arah telinga, kira mendengar nada suara naik.

Efek serupa terjadi dengan gelombang cahaya, yakni objek yang surut tampak lebih merah (dikenal sebagai redshift) dan yang mendekat, lebih biru (dikenal sebagai blueshift).

Pada akhir tahun 1970-an, Matahari diamati dari kutub selatan Bumi selama musim panas Antartika selama 4,5 hari berturut-turut, ketika para ilmuwan dapat mengukur denyutnya dengan presisi 2 cm per detik.

Sejak saat itu, jaringan teleskop internasional dan instrumen berbasis ruang angkasa telah memantau pergerakan Matahari.

Osilasi (variasi periodik terhadap waktu dari suatu hasil pengukuran) Matahari disebabkan oleh gelombang suara yang terperangkap di dalam interior Matahari, yang dihasilkan oleh turbulensi konvektif di 30% terluar bintang tersebut.

Para ahli melihat efek turbulensi ini sebagai granulasi pada permukaan fotosfer. Gelombang suara yang disebabkan oleh fluktuasi tekanan dalam turbulensi ini memantul ke dalam begitu mengenai permukaan Matahari.

Gelombang yang bergerak ke dalam dibiaskan (arahnya dibelokkan) oleh peningkatan kecepatan suara, karena kenaikan suhu di dalam Matahari, sebelum akhirnya kembali ke permukaan.

Kombinasi dari semua gelombang suara internal ini membuat Matahari bergetar dengan jutaan cara yang berbeda.

3. Big Bang

Pengukuran yang tepat dari Latar Belakang Gelombang Mikro Kosmik memberikan pandangan tentang alam semesta sekitar 400.000 tahun setelah ledakan besar atau Big Bang, tepat saat ia cukup dingin untuk memungkinkan atom pertama terbentuk dari plasma primordial.

Studi terperinci tentang variasi kecil dalam radiasi latar ini menunjukkan bahwa, pada tahap awal alam semesta, gelombang akustik titanik disebarkan melalui plasma.

Saat itu, bintang dan galaksi belum terbentuk dan semua materi masih berbentuk semacam kabut panas yang berkembang pesat. Gas tipis dan berkabut inilah yang memungkinkan gelombang suara terbentuk dan menyebar.

Perbedaan kecil dalam data dari Wilkinson Microwave Anisotropy Probe (WMAP) menunjukkan puncak dan dasar dalam gelombang suara ini.

Analisis data WMAP oleh astronom AS Mark Whittle menunjukkan, Big Bang awalnya diam, tetapi suara itu dengan cepat berubah menjadi "jeritan menurun", diikuti oleh "raungan yang dalam" dan diakhiri dengan "desisan yang memekakkan telinga", sebagai puncaknya. Volumenya sekitar 110 desibel, setara dengan kebisingan konser rock.

Gelombang suara ini memiliki panjang gelombang sekitar 20.000 tahun cahaya, sekitar 50 oktaf di bawah jangkauan pendengaran manusia.

4. Lubang hitam 

Bukan hanya bintang yang bisa menghasilkan suara. Pada bulan September 2003, ahli menemukan gelombang suara yang berasal dari lubang hitam supermasif di gugus galaksi Perseus, yang jaraknya sekitar 250 juta tahun cahaya.

Pengamatan dilakukan oleh Observatorium Chandra X-Ray NASA yang mengorbit Bumi, yang mengumpulkan 53 jam data tentang fenomena tersebut.

Lubang hitam itu sendiri tidak terlihat, tetapi mereka menciptakan lingkungan yang liar, kacau, dan energik di sekitarnya, karena materi yang jatuh dipercepat hingga mendekati kecepatan cahaya.

Semua jenis radiasi telah terdeteksi dari wilayah ini, dari gelombang radio menembus spektrum elektromagnetik hingga sinar-X berenergi tinggi.

Banyak lubang hitam juga ditemukan memancarkan semburan materi yang kuat di sepanjang sumbu rotasinya.

Selain benda-benda tersebut, masih ada objek lain di tata surya yang diketahui mengeluarkan suara, termasuk gugus perseus, bintang Xi Hidra, bintang Alpha Centauri A, dan bintang Vela Pulsar. 

https://www.kompas.com/sains/read/2023/07/05/120000923/apa-saja-benda-luar-angkasa-yang-mengeluarkan-suara-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke