Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apa yang Terjadi jika Matahari Mati?

KOMPAS.com - Sebagai pusat dari Tata Surya, matahari adalah bagian penting bagi kehidupan di Bumi. Lantas, apa yang akan terjadi jika matahari mati?

Matahari juga disebut sebagai salah satu bintang di alam semesta. Seperti diketahui bahwa sebuah bintang dapat saja mencapai masa akhir hidupnya.

Saat itu terjadi, kematian bintang ditandai dengan sebuah ledakan kosmik yang mungkin hanya dapat ditangkap teleskop luar angkasa. Ledakan bintang atau yang disebut supernova adalah peristiwa kematian bintang.

Umur matahari saat ini adalah sekitar 4,5 miliar tahun. Seperti kebanyakan bintang, maka masa kehidupan matahari dan bagaimana matahari mengakhiri hidupnya juga sama seperti bintang lainnya.

Matahari memiliki bahan bakar hidrogen pada intinya, yang menciptakan tekanan atau gaya dorong ke luar, yang menyeimbangkan gravitasi, dikutip dari Science ABC, edisi 17 Januari 2022.

Pada saat semua hidrogen, bahan bakar inti dari suatu bintang, ini habis oleh fusi nuklir yang terjadi di dalam inti, maka akan ada ketidakseimbangan kekuatan.

Oleh karena itu, kulit terluar dari sebuah bintang, termasuk matahari kita, akan mulai mengembang dan mendingin, karena tidak ada fusi. Pada tahapan ini, matahari memasuki fase yang disebut bintang raksasa merah.

Menjelang kematian bintang atau jika matahari mati, maka pada inti raksasa merah, helium akan runtuh karena massa bintang itu sendiri dan memanaskan inti, sehingga menyebabkan fusi helium menjadi karbon.

Setelah gas helium ini hanis, maka inti matahari akan kembali runtuh, tetapi kali ini suhunya tidak mencukupi, sehingga fusi nuklir pun berhenti di dalam inti.

Bintang yang akan mengakhiri hidupnya, akan terus mengembang dan akhirnya melepaskan semua lapisannya.

Lapisan-lapisan tersebut dikeluarkan bintang, dalam hal ini matahari, dan kemudian meledak dan membentuk nebula planet.

Setelah semua lapisan ditumpahkan, inti tetap ada, dan disebut katai putih. Katai putih ini, tahap terakhir dari siklus hidup bintang, mendingin menjadi katai hitam.

Lalu, apakah Bumi akan mati bersama matahari?

Secara teknis, para ahli menjelaskan bahwa Bumi akan mati sebelum matahari.

Fusi hidrogen menjadi helium inti akan mengimbangi gaya gravitasi matahari. Namun, pada saat hidrogen habus, inti akan terus menyusut, yang pada akhirnya meningkatkan kecepatan terjadinya fusi.

Fusi ini pun pada dasarnya meningkatkan luminositas matahari pada tingkat 1 persen setiap 100 juta tahun.

Jadi, dalam 1,1 miliar tahun, matahari akan mengembang hingga 10 persen lebih terang dari sekarang.

Saat matahari bersinar lebih terang, maka akan ada lebih banyak energi yang diserap Bumi.

Pada dasarnya ini akan menciptakan efek rumah kaca yang sangat parah sehingga planet Bumi akan semakin terasa panas bagi sebagian besar spesies, termasuk manusia.

Apabila masih ada kehidupan yang tersisa di rumah kaca ini dalam 3,5 miliar tahun, maka lautan akan mendidih, lapisan es akan larut dan sebagian besar uap air akan hilang ke luar angkasa.

Gambaran Bumi saat matahari semakin panas ini, dampaknya dapat terlihat dari pada planet Venus, yang merupakan planet kembaran Bumi.

Para astronom telah memperkirakan, bahwa orbit Bumi juga akan berubah saat matahari berubah bentuk dan berkembang memasuki fase raksasa merah.

Selain itu, mereka juga menganalisis, jika orbit Bumi mengembang, maka planet ini mungkin akan lolos dari fase matahari menjelma sebagai raksasa merah.

Kendati demikian, saat orbit Bumi mengembang, maka planet ini tidak akan lagi menjadi planet yang layak huni.

https://www.kompas.com/sains/read/2022/10/21/080200623/apa-yang-terjadi-jika-matahari-mati

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke