Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sepekan PPKM Darurat, Begini Evaluasi Kasus Covid-19 di Indonesia Menurut Ahli

KOMPAS.com - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat telah berlangsung selama sepekan. Evaluasi kasus Covid-19 di Indonesia, menurut ahli, dampak PPKM masih belum menunjukkan keberhasilan.

Hal itu disampaikan Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman kepada Kompas.com, Sabtu (10/7/2021).

Dicky menjelaskan untuk melihat keberhasilan dari suatu intervensi terhadap pandemi virus corona, yang dilakukan melalui PPKM, ada dua parameter yang menentukan.

"Yaitu growth rate atau pertumbuhan kasus dan angka reproduksi (Covid-19). Dari data yang ada, kedua hal ini menunjukkan adanya peningkatan," kata Dicky.

Penerapan PPKM Darurat mulai dilaksanakan dari 3 Juli 2021 lalu dan akan berlangsung hingga 20 Juli 2021 mendatang.

Namun, Dicky mengungkapkan pertumbuhan kasus Covid-19 di Indonesia (growth rate) selama sepekan PPKM Darurat dilakukan terjadi peningkatan hingga 45,4 persen. Sedangkan pada 3 Juli lalu, pertumbuhan kasus berada pada 38,3 persen.

Demikian juga pada angka reproduksi Covid-19, yang pada 3 Juli tercatat 1,37 menjadi 1,4 per 9 Juli lalu.

"Artinya, belum berhasil. Growth rate-nya meningkat, angka reproduksinya juga meningkat. Bahkan, data kematian juga naik," jelas Dicky.

Lebih lanjut Dicky memaparkan, angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia, pada 3 Juli lalu tercatat 219 kematian per 1 juta penduduk terkait Covid-19.

Sedangkan per 9 Juli, angka kematian Covid-19 meningkat menjadi 236 per 1 juta penduduk.

Sementara itu angka tes Covid-19, kendati tampak ada peningkatan, namun menurut Dicky, selama sepekan penerapan PPKM Darurat, peningkatan tes belum bermakna terhadap kondisi kasus Covid-19 di Indonesia saat ini.

"Tes ini indikator penting. Karena menggambarkan seberapa serius kita untuk meng-handle atau memperbaiki situasi ini," ungkap Dicky.

Dilihat dari dua hal, yakni berdasarkan skala penduduk dan eskalasi dari pandemi, peningkatan tes Covid-19 di seluruh Indonesia masih belum memberi pengaruh berarti.

Sebab, dari skala penduduk, pada 3 Juli, tes Covid-19 yang dilakukan yakni 49,8 tes per 1000 orang, hanya naik menjadi 52 tes per 1000 orang pada 9 Juli lalu.

"Sedikit meningkat, tetapi masih jauh dari memadai. Karena kaitannya tes ini dilihat dari positivity rate yang pada 3 Juli tercatat 24,1 persen hanya naik menjadi 26,6 persen pada 9 Juli," jelas Dicky.

Hal ini menandakan bahwa tes Covid-19 yang dilakukan belum memadai, belum dapat menjangkau dan menemukan kasus-kasus infeksi virus corona, dan itu terlihat dari tes terhadap kasus konfirmasi positif Covid-19.

Dicky menjelaskan bahwa dalam setiap menemukan 1 kasus konfirmasi positif Covid-19, pada 3 Juli diperlukan 4,1 tes, dan pada 9 Juli, diperlukan 3,8 tes untuk menemukan 1 kasus infeksi Covid-19.

Kendati demikian, Dicky mengatakan bahwa angka vaksinasi Covid-19 di Indonesia telah menunjukkan peningkatan selama sepekan PPKM Darurat diterapkan.

"Kabar baiknya, bahwa vaksinasi per 1000 orang ada peningkatan. Pada 3 Juli tercatat 16,6 orang per 1000 orang, meningkat menjadi 18,5 orang per 1000 orang telah divaksinasi," ungkapnya.

Setidaknya, saat ini, kata Dicky, ada 13 persen orang Indonesia yang sudah menerima satu dosis vaksin, yang sebelumnya pada 3 Juli, tercatat hanya sekitar 11,54 persen.

"Itu dari angka-angka epidemiologi yang secara umum masih menunjukkan (PPKM Darurat) belum berhasil dalam seminggu ini," ujar Dicky.

Apa kesimpulan dari evaluasi sepekan PPKM Darurat ini?

Lebih lanjut Dicky mengatakan bahwa data-data tersebut menjadi modal evaluasi yang harus ditingkatkan dan diperbaiki dari penerapan PPKM Darurat.

"Ingat bahwa esensi dari PPKM Darurat ini, sebetulnya adalah memperkuat 3T, vaksinasi dan pembatasan. Termasuk pembatasan di pintu masuk negara, serta penguatan dari skala komunitas," jelas Dicky.

Dicky melihat bahwa pembatasan kegiatan masyarakat ini masih banyak yang belum optimal dilakukan. Data menunjukkan bahwa pembatasan yang dilakukan tidak menurunkan angka reproduksi Covid-19, maupun growth rate.

Menurut Dicky, hal inilah yang seharusnya segera diperbaiki dan diperkuat untuk mencegah potensi ledakan kasus Covid-19 yang besar di akhir Juli 2021 ini.

Angka kematian yang meningkat, kata Dicky, diakibatkan karena kegagalan dalam pelaksanaan 3T (testing, tracing, treatment), dalam menemukan kasus Covid-19 secara dini dan cepat di masyarakat.

"Selain 3T harus ditingkatkan, juga visitasi, yakni kunjungan ke rumah untuk menemukan kasus-kasus infeksi Covid-19 di masyarakat, agar cepat tertangani, sehingga bisa menurunkan angka kematian yang terus meningkat," jelas Dicky.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/07/11/090100523/sepekan-ppkm-darurat-begini-evaluasi-kasus-covid-19-di-indonesia-menurut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke