Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Studi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jumlahnya Jauh Lebih Banyak dari Data Resmi

KOMPAS.com - Sejak awal pandemi Covid-19 di Indonesia, para ahli memperkirakan bahwa jumlah kasus yang ada di lapangan berkali-kali jauh lebih banyak dari data resmi pemerintah.

Hal itu kini dibuktikan dengan dua studi terbaru.

Dilansir Reuters, Kamis (3/6/2021), ahli epidemiologi mengatakan, berdasar studi seroprevalense (studi yang menguji antibodi) berskala besar periode Desember hingga Januari 2021, diperkirakan penduduk Indonesia yang terinfeksi Covid-19 sekitar 15 persen.

Seperti kita tahu, jumlah penduduk di Tanah Air ada sekitar 270 juta jiwa. 15 persennya berarti sekitar 40,5 juta.

Namun saat itu, angka resmi dari pemerintah pada akhir Januari hanya dialami 0,4 persen penduduk.

Saat ini tercatat ada 1,85 juta kasus Covid-19 di Indonesia. Artinya, angka resmi yang tercatat hanya sekitar 0,7 persen dari jumlah seluruh penduduk Indonesia.

"Hasil survei tidak terduga ada di laporan," kata ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono, yang bekerja pada penelitian dengan bantuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Minimnya pengujian dan penelusuran (testing and tracing) kontak dekat kasus Covid-19 menjadi salah satu alasan kenapa angka kasus sangat jomplang.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, mungkin penelitian ini masih awal, tapi dia tidak menutup kemungkinan bahwa kasus di Indonesia lebih banyak daripada yang dilaporkan secara resmi.

Menurutnya, ini karena banyak kasus Covid-19 yang tidak menunjukkan gejala.

Dia mengatakan Indonesia memiliki pelacakan kontak yang rendah dan kurangnya laboratorium untuk memproses tes.

Berdasarkan tes darah, studi seroprevalensi mendeteksi antibodi yang muncul pada orang yang kemungkinan besar sudah terjangkit Covid-19.

Angka resmi yang diumumkan pemerintah, sebagian besar berdasarkan pada tes swab, yang mendeteksi virus itu sendiri dan hanya mengungkapkan mereka yang memilikinya pada saat itu.

Antibodi berkembang satu sampai tiga minggu setelah seseorang tertular virus dan tinggal di dalam tubuh selama berbulan-bulan.

Pengujian lemah

Studi seroprevalensi di negara lain - termasuk India - juga mengungkapkan infeksi yang lebih luas.

"Sistem surveilans resmi kami tidak dapat mendeteksi kasus Covid-19. Ini lemah," kata peneliti utama studi Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono, yang mengomentari tetapi tidak berwenang mengkonfirmasi angka tersebut.

"Pelacakan kontak dan pengujian di Indonesia sangat buruk dan menjelaskan mengapa begitu sedikit kasus yang terdeteksi."

Rekan penulis studi, Pandu, mengatakan bahwa meskipun studi tersebut menunjukkan penyebaran virus yang lebih luas, Indonesia tampaknya masih jauh dari mencapai kekebalan kelompok (herd immunity). Ini salah satu alasan untuk mempercepat vaksinasi.

Hanya 6 persen dari 181 juta penduduk Indonesia yang ditargetkan telah divaksinasi lengkap dengan dua dosis sejauh ini, sementara 9,4 persen telah mendapatkan satu suntikan, menurut data pemerintah.

Hasil awal dari studi seroprevalensi terpisah di Bali, yang dilakukan oleh Universitas Udayana, menemukan 17 persen dari mereka yang diuji pada bulan September dan November tampaknya telah terinfeksi, kata peneliti utama Anak Agung Sagung Sawitri kepada Reuters.

Itu 53 kali lebih tinggi dari tingkat infeksi berdasarkan kasus yang tercatat secara resmi pada saat di pulau wisata itu, yang berencana dibuka kembali untuk pengunjung internasional bulan depan.

Pembukaan kembali ini ditentang oleh beberapa pakar kesehatan masyarakat, termasuk akademisi dan dokter Ady Wirawan.

“Testing, tracing, isolasi dan karantina sangat-sangat lemah di Bali,” ujarnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/06/06/170200323/studi-kasus-covid-19-di-indonesia-jumlahnya-jauh-lebih-banyak-dari-data

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke