Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Belajar dari Kasus Atta Halilintar, Berapa Lama Antibodi Covid-19 Bertahan?

Melalui keterangan unggahan Instagramnya, Atta mengaku syok mengetahui dirinya kembali positif Covid-19. Hal itu diketahui Atta, setelah ia menjalani swab test untuk menjalani pekerjaan di luar kota.

"YA ALLAH ???? :( Shock!! aku Positif C0V1D-19 lagi untuk kedua kalinya.. setelah swab test untuk besok Kerja terbang ke solo.. ternyata hasilnya positif," tulis Atta seperti dikutip Kompas.com, Kamis (22/4/2021).

Dikutip dari pemberitaan Kompas.com sebelumnya, Atta Halilintar secara mengejutkan mengaku pernah terinfeksi Covid-19. Namun dia tidak mengungkap kapan dirinya terkena Covid-19 pertama kali.

Menurut dr. Hendra Gunawan, Sp.PD, sangat mungkin bagi seseorang yang telah terinfeksi Covid-19, kemudian mengalami infeksi ulang atau reinfeksi.

Lebih lanjut ia mengatakan, infeksi ulang atau reinfeksi bisa terjadi, karena penyakit infeksi erat kaitannya dengan hubungan antar manusia sebagai host, virus corona sebagai agen infeksius, dan kondisi lingkungan sekitar.

“Adanya ketidakseimbangan dari faktor tersebut, seperti menurunnya imunitas karena terlalu lelah atau kondisi lingkungan yang memudahkan terjadinya infeksi virus, sehingga peluang reinfeksi Covid-19 akan selalu ada,” jelas dr. Hendra saat dihubungi Kompas.com, Jumat (23/4/2021).

Berapa lama antibodi Covid-19 bertahan?

Hingga saat ini, dikatakan dr. Hendra, belum diketahui pasti berapa lama antibodi alamiah dari infeksi Covid-19.

“Jika merujuk ahli Immunologi Daniela Weiskopf dan kawan2 dari La Jolla Institue for Immunology, 95% antibodi alamiah bertahan 6-8 bulan, itu pun pada beberapa orang kadarnya ada yang lebih rendah atau lebih tinggi dari rata-rata,” ungkap dokter yang berpraktik di Primaya Evasari Hospital.

Menurutnya, tinggi atau rendahnya antibodi ini dipengaruhi berbagai faktor, seperti genetik atau status imunitas. Misalnya, apakah ada penyakit yang membuat sistem imunitas melemah, seperti diabetes, kanker, penyakit autoimun, atau penyakit sistemik lainnya.

Selain itu, seperti yang dikatakan Ahli Biologi Molekuler, Ahmad Utomo dalam pemberitaan Kompas.com edisi 14 April 2021, jumlah antibodi yang dimiliki penyintas Covid-19 juga bisa berkaitan dengan durasi.

"Semakin lama durasi ia terpapar virus Covid-19, maka antibodi yang terbentuk juga akan banyak, demikian pula sebaliknya," ujar Ahmad.

Perlu diketahui, tubuh manusia akan menghasilkan antibodi dalam waktu 1-2 minggu. Kemudian sel tubuh akan melawan virus tersebut dan menyimpannya pada sel memori, untuk mencegah terjadinya infeksi berulang.

Namun pada orang yang kembali positif Covid-19, Ahmad mengatakan bahwa antibodi yang terbentuk bisa berbeda, tergantung kemampuan masing-masing individu dalam merespons kekebalan tubuh tersebut.

Dengan adanya risiko infeksi ulang ini, dr. Hendra mengingatkan untuk selalu meningkatkan imunitas tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi dan berolahraga.

Selain itu, jangan pernah abai dan bosan untuk menerapkan protokol kesehatan, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan membatasi mobilitas.

“Menjaga status imunitas dan menerapkan protokol kesehatan adalah dua faktor yang harus dilakukan untuk mencegah infeksi ulang. Karena ini faktor yang dapat kita kendalikan, ” pungkasnya.

https://www.kompas.com/sains/read/2021/04/23/191500723/belajar-dari-kasus-atta-halilintar-berapa-lama-antibodi-covid-19-bertahan-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke