Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Akhirnya, Ilmuwan Tahu Bagaimana Gurita Merasakan Benda dari Lengannya

KOMPAS.com- Gurita dianggap sebagai keajaiban dunia biologis. Sebab, menurut ilmuwan hewan cephalopoda ini tak hanya unik, tetapi juga sangat cerdas dan pintar.

Memiliki delapan lengan, bisakah kita bayangkan, bagaimana hewan laut ini bisa merasakan benda-benda yang disentuhnya?

Melansir Gizmodo, Sabtu (31/10/2020), sebuah tim peneliti akhirnya menemukan bagaimana cephalopoda ini mampu melakukan trik luar biasa dengan indera perasa unik yang dimilikinya.

Lengan-lengan gurita dipenuhi banyak tentakel, dan ternyata rahasia trik mereka ada dibalik ratusan penghisap yang menyelimuti lengan-lengan ini.

Dalam sebuah pengamatan, gurita dengan delapan lengannya menyentuh mangkuk dengan penghisapnya. Hanya dengan sentuhan itu, gurita mampu mencicipi benda tersebut.

Kemampuan ini bisa sangat membantu saat gurita harus menjangkau celah yang gelap saat mencari makanan atau ketika menjelajahi dasar laut.

"Strategi yang mereka (gurita) kembangkan untuk memecahkan masalah di lingkungan sangat unik dan itu mennginspirasi banyak minat baik para ilmuwan maupun non-ilmuwan," kata Peter Kilian, rekan penulis studi dan ahli biologi dari Bellono Lab di Harvard University.

Kilian mengatakan bahwa orang-orang tertarik pada gurita dan cephalopoda lain karena mereka sangat berbeda dengan kebanyakan hewan lainnya.

Terlepas dari ketertarikan tersebut, pemahaman kita tentang dasar-dasar kimiawi dan molekuler dari kemampuan rasa sentuhan gurita masih sangat kurang.

Dengan studi baru yang telah diterbitkan di jurnal Cell ini, membuka upaya para ilmuwan untuk lebih memahami si hewan cerdas di lautan tersebut.

Ahli biologi molekuler dan penulis senior studi ini dari Harvard, Nicholas Bellono dan timnya memulai penelitian ini dengan memastikan kemampuan rasa sentuhan pada gurita.

Studi ini dilakukan dengan mengamati perilaku gurita California, Octopus bimaculoides, yang selama tes laboratorium menunjukkan perilaku berbeda saat penghisapnya menyentuh mangsa dan bukan sesuatu yang kurang menarik.

"Meskipun kita kebanyakan tidak pernah tahu bagaimana menjadi kelelawar, atau gurita dalam hal ini, namun mendefinisikan mekanisme molekuler yang digunakan hewan ini menjelajahi lingkungan akan membantu imajinasi kita," ungkap Tarvin, yang tidak berafiliasi dalam studi ini.

Dia menambahkan bahwa penemuan ini seharusnya dapat memicu rasa keingintahuan kita tentang apa lagi yang masih tersembunyi.

Sensor baru di ujung lengan gurita

Ada beberapa hal yang dilakukan untuk memastikan cara kerja indera perasa sentuhan pada hewan ini. Di antaranya dengan mempelajari penghisap pada tingkat molekuler.

Pencarian mereka untuk sel-sel sensorik unik yang terlibat dalam proses tersebut membuat mereka menemukan populasi sel yang berbeda yang berada di ujung penghisap.

Sensor yang baru terdeteksi ini sekarang disebut sebagai 'reseptor kemotaktil' oleh para peneliti. Sensor ini bertanggung jawab atas kapasitas rasa sengtuhan.

Peneliti menunjukkan bahwa sensor tersebut bereaksi terhadap molekul yang tidak larut dengan baik dalam air.

"Molekul yang tidak larut dengan baik, misalnya molekul itu dapat ditemukan di permukaan mangsa gurita," kata Bellono.

Jadi, lanjut Bellono, ketika gurita menyentuh batu versus kepiting, lengannya akan mengetahui.

Selain itu, tim peneliti juga menemukan jenis sel kedua yang dikenal sebagai populasi sel mechanosensory, di dalam cangkir hisap.

Sel-sel ini mengubah rangsangan mekanis menjadi sinyal yang dapait dipahami otak sebagai sentuhan, di antara indera lainnya.

Reseptor kemotaktil pada gurita, menurut penulis, mampu mendeteksi dan kemudian membedakan antara sinyal kimiawi yang berbeda.

Reseptor yang sensitif secara kimiawi membentuk secara kompleks saluran ion diskrit yang dapat mengambil sinyal tertentu dan kemudian mengirimkan sinyal listrik ke sistem saraf gurita, yang diartikan sebagai rasa.

Uniknya, dalam sistem penyaringan sinyal ini memungkinkan terdistribusi ke sistem saraf gurita, di mana ternyata lengan-lengan hewan ini dapat berfungsi secara independen dari otak.

"Temuan ini menunjukkan bahwa sistem saraf gurita yang didistribusikan secara perifer adalah situs kunci untuk pemrosesan sinyal dan menyoroti bagaimana fitur molekuler serta anatomis berevolusi secara sinergis agar sesuai dengan konteks lingkungan hewan," tulis para peneliti.

Penelitian baru juga menunjukkan bahwa reseptor gurita sangat sensitif terhadap terpenoid, yakni tembakan peringatan kimiawi yang dihasilkan oleh banyak hewan laut saat terancam.

Saat gurita menyentuh terpenoid maka mereka akan langsung menghindar, karena itu adalah tanda potensial mangsa beracun.

"Secara keseluruhan, temuan ini merupakan lompatan yang menarik dalam menggambarkan sistem sensor kemotaktil gurita dan akan menghasilkan banyak pertanyaan baru tentang neurobiologi, ekologi evolusioner, dan perilaku hewan yang menarik ini," menurut Tarvin.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/10/31/131600723/akhirnya-ilmuwan-tahu-bagaimana-gurita-merasakan-benda-dari-lengannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke