Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Satwa Liar Terkait Pandemi Covid-19, Begini Hasil Survei Persepsi Masyarakat

KOMPAS.com- Pandemi Covid-19 belum juga berakhir. Penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 ini, berbagai penelitian hingga saat ini masih menunjukkan virus tersebut berasal dari satwa liar yaitu kelelawar.

Hal itu disebabkan tempat pertama kali ditemukan kasusnya adalah di pasar hewan Wuhan, China yang juga disertai bukti-bukti dari berbagai penelitian para ahli.

Kendati demikian, penyakit zoonosis ini ternyata meluas hingga ke lebih dari 200 negara di dunia, termasuk Indonesia.

Berkaitan dengan itu, salah satu topik yang ramai menjadi sorotan masyarakat di Indonesia khususnya adalah persoalan persepsi terhadap Covid-19 dan satwa liar.

Berusaha menemukan apa yang dipersepsikan oleh masyarakat Indonesia terhadap Covid-19 dan satwa liar, Pusat Penelitian Biologi dan Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan survei online sejak 28 Mei hingga 8 Juni 2020, dan dipublikasikan pada 7 Juli 2020.

Disampaikan oleh Peneliti Madya Bidang Kepakaran Pendudukan dan Lingkungan LIPI, Herry Yogaswara mengatakan masyarakat masih memerlukan pengetahuan dan infromasi tentang zoonosis melalui sosialisasi terutama bagi pemanfaatan satwa liar.

Menurut Yoga, pemanfaatan satwa liar di Indonesia terjadi dengan beragam cara. Di antaranya seperti perdagangan, konsumsi maupun hobi dan eksibisi yang justru berpotensi menyebabkan terjadinya penyakit baru bagi manusia.

"Sebagai bagian dari hewan, satwa liar diketahui menjadi inang alami dari coronavirus dan patogen lainnya," kata Yoga dalam diskusi daring bertajuk Sosialisasi Hasil Survei Persepsi Masyarakat terhadap Covid-19 dan Satwa Liar, Selasa (7/7/2020).

Disebutkan dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, penyakit zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia dan sebaliknya.

Yoga mengungkapkan ada pula masyarakat sebagai salah satu penggemar burung peliharaan yang menuturkan kepada ia dan timnya, bahwa mereka masih awam terkait pandemi Covid-19 ini, banyak yang belum sadar, sehingga semua masih berjalan seperti biasanya saja.

Terutama perihal sosialisasi belum ada, justru mereka baru tahu sejak ada pandemi Covid-19 ini saja bahwa pandemi penyakit bisa menjangkiti dari dan ke hewan.

Hasil survei persepsi masyarakat terhadap zoonosis (Covid-19 dan satwa liar)

Survei diberlakukan kepada masyarakat dengan rentang usia 15 hingga 65 tahun ke atas, dengan total responden adalah 2.603 dari seluruh wilayah Indonesia, dan responden terbanyak sekitar 28 persen berasal dari Jawa Barat.

Namun, yang mendominasi yaitu sekitar 30,16 persen adalah usia 25-34 tahun, dan diikuti sebanyak 24,16 persen adalah usia 35-44 tahun.

Sementara itu, berdasarkan jenis kelamin sebanyak 56,09 persen adalah wanita dan 43,91 persen adalah pria.

Dengan jenis pekerjaan sehari-harinya, hanya sekitar 305 responden yang berhubungan dengan satwa liar dan 2.298 responden dengan pekerjaan sehari-hari tidak memiliki hubungan dengan satwa liar.

"Ketika ditanya apakah itu Covid-19? Mayoritas responden mempersepsikan Covid-19 sebagai penyakit menular yang disebabkan virus baru yang ditemukan," ujarnya.

Mengenai pendapat responden terhadap apa yang harusnya dilakukan pemerintah daerah dalam rangka pencegahan penyakit Covid-19.

Ternyata, masyoritas responden menyetujui bahwa upaya yang penting dilakukan oleh pemerintah daerah masing-masing adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mencapai 43,3 persen, 42,1 persen pelarangan mudik dan pelarangan konsumsi satwa liar mencapai 7,9 persen.

"Sementara, pemusnahan satwa liar justru sangat tidak dikehendaki sebagai upaya pencegahan Covid-19 ini," kata dia.

Berikut beberapa data terkait satwa liar dan penularan Covid-19.

Perdagangan satwa liar

  • Ada sekitar 1252 responden yang menyatakan bahwa perdagangan satwa liar berhubungan dengan penularan Covid-19
  • Sekitar 753 responden menyatakan tidak menularkan
  • Sekitar 598 lainnya memilih tidak tahu.

Konsumsi satwa liar

  • Mengenai konsumsi satwa liar dapat menyebabkan penularan Covid-19 ada sekitar 1308 responden menjawab iya
  • Sekitar 682 lainnya menjawab tidak menularkan Covid-19
  • Sekitar 613 responden lainnya menjawab tidak tahu.

Satwa liar di kebun binatang dapat menularkan Covid-19

Pasien positif Covid-19 bisakah menularkan ke satwa liar

  • Sebanyak 1114 responden menjawab iya, bisa menularkan dari manusia positif Covid-19 ke satwa liar
  • Sementara, 599 lainnya menjawab tidak dapat menularkan
  • Sedangkan, 890 responden lainnya menjawab tidak tahu

Tantangan pengumpulan data di masa pandemi

Dituturkan Yoga, survei online ini memiliki keunggulan dari sisi kemudahan, keterjangkauan dan tidak diperlukannya kontak fisik dengan responden.

Akan tetapi, survei online mempunyai keterbatasan dari sampel yang non-probability, sulit dikontrol penyebarannya, sulit melakukan cek data, bias pada kelompok yang terakses teknologi informasi, responden mengumpul pada kota-kota besar.

Sementara itu, dari sisi wawancara dan forum group discussion (FGD) online juga mempunyai kekuatan dari sisi keterjangkauan terhadap informan atau narasumber jarak jauh yang dapat dijumpai pada satu waktu.

Sedangkan, survei online di masa pandemi Covid-19 ini juga memiliki keterbatasan dalam membangun kepercayaan, pendalaman wawancara atau diskusi, perbedaan zona waktu dan kondisi keterbatasan jaringan.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/07/14/102403223/satwa-liar-terkait-pandemi-covid-19-begini-hasil-survei-persepsi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke