Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Peta Baru ini Ungkap Wajah Bumi dengan Benua Zealandia yang Hilang

KOMPAS.com - Benua Zealandia yang pernah hilang telah ditemukan kembali pada tahun 2017 lalu.

Sejak ditemukan, benua ke delapan ini belum dapat dipetakan untuk mengetahui berapa luasan daratan yang terendam dekat Australia itu.

Namun, untuk kali pertamanya, seperti dilansir dari Science Alert, Sabtu (27/6/2020), pada Senin lalu para peneliti dari GNS Science di Selandia Baru mengumumkan telah memetakan bentuk dan ukuran benua ini.

Peta baru yang menampilkan Benua Zealandia ini telah diunggah di situs web mereka dan dikemas secara interaktif, sehingga pengguna bisa merasakan pengalaman menjelajahi benua ini.

"Kami telah membuat peta-peta ini untuk memberikan gambaran akurat, lengkap dan terkini tentang geologi Selandia Baru dan wilayah Pasifik barat daya," kata Nick Mortimer, yang memimpin penelitian itu.

Gambaran lengkap daratan benua bawah laut

Peta tersebut, kata Nick, jauh lebih baik dari yang pernah dibuat sebelumnya. Mortimer dan timnya memetakan batimetri di sekitar benua Zealandia, yang terdiri dari bentuk dan kedalaman dasar laut, serta profil tektoniknya.

Dalam peta tersebut, menunjukkan di mana benua tersebut berada jatuh melintasi batas lempeng tektonik.

Peta-peta interaktif ini mengungkap informasi baru tentang bagaimana orang-orang Zealandia terbentuk sebelum tenggelam di bawah air pada jutaan tahun yang lalu.

Benua bawah laut ini memiliki luasan hampir 2 juta mil persegi atau sekitar 5 juta kilometer persegi, yakni kurang lebih sekitar setengah ukuran benua Australia. Akan tetapi, hanya 6 persen dari benua tersebut yang berada di atas permukaan laut.

Bagian tersebut menopang pulau-pulau utara dan selatan Selandia Baru, serta Pulau Kaledonia Baru. Sisanya, sebagian besar daratan benua ini di bawah air, yang membuat orang-orang Selandia Baru sulit untuk disurvei.

Mortimer dan timnya mencoba memetakan kedua Zealandia dan dasar laut di sekitarnya untuk memberi pemahaman yang lebih mudah dari benua bawah laut ini.


Peta batimetri yang dibuat tim peneliti ini juga menunjukkan seberapa tinggi pegunungan dan bagian punggung benua Zealandia yang naik ke permukaan air.

Lebih lanjut tim mengungkapkan peta ini adalah bagian dari inisiatif global untuk memetakan seluruh dasar lautan Bumi yang ditargetkan selesai pada 2030 mendatang.

Peta tersebut juga mengungkap di mana Zealandia ini berada, yang ternyata daratan benua ini menempati berbagai lempeng tektonik.

Mempelajari intrik tektonik yang menopang Zealandia ini sangatlah penting untuk dapat mengungkap petunjuk tentang bagaimana benua ini terbentuk.

Zealandia benua berusia 85 juta tahun

Seorang ahli geofisika Bruce Luyendyk menciptakan istilah Zealandia pada tahun 1995.

Seperti dilansir dari Business Insider, Luyendyk mengatakan ida tidak pernah bermaksud memberi istilah tersebut untuk menggambarkan benua baru ini.

Awalnya, nama itu merujuk pada Selandia Baru dan sekumpulan kerak bumi yang terendam yang mematahkan teori keberadaan superbenua kuno, Gondwana yang pernah ada sekitar 85 juta tahun lalu.

"Alasannya saya memberi istilah (Zealandia) itu adalah karena kenyamanan. Sebab, saya pikir itu potongan yang berbeda dengan Gondwana," jelas Luyendyk.

Kendati demikian, peta-peta ini telah menunjukkan bahwa Zealandia adalah benua yang sama seperti 7 benua lainnya.

Hingga 2017, Zealandia digolongkan sebagai benua mikro, seperti pulau Madagaskar. Akan tetapi, menurut Mortimer, Zealandia menunjukkan statusnya sebagai benua, dengan adanya batas yang jelas.

Zealandia menempati area yang lebih besar dari 1 juta km persegi, berada di atas kerak samudera dan memiliki kerak benua yang lebih tebal daripada kerak samudera.

Peta baru benua Zealandia ini menawarkan bukti lebih lanjut bahwa massa daratan bawah laut ini adalah benua ke delapan di Bumi.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/06/27/160200123/peta-baru-ini-ungkap-wajah-bumi-dengan-benua-zealandia-yang-hilang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke