Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Pencarian Kadal Paling Langka di Sekitar Kaldera Danau Toba

KOMPAS.com - Selama 127 tahun menghilang, kadal terlangka di dunia ditemukan lagi oleh sekelompok peneliti di Sumatera Utara.

Ini adalah kadal yang dideskripsikan para ilmuwan dengan nama "kadal berhidung tanduk (nose-horned lizard)" atau Harpesaurus modiglianii Vinciguerra.

Menurut catatan modern, spesimen tunggal kadal berhidung aneh ini ditemukan pertama kali di Sumatera Utara pada 1891, lalu dideskripsikan oleh ilmuwan pada 1933.

Pada 2018, sekelompok peneliti gabungan Indonesia dan internasional melakukan penelusuran ke Danau Toba dan sekitar kaldera. Di sanalah, mereka menemukan kadal H. modiglianii.

Dengan kata lain, itu adalah kali kedua H. modiglianii ditemukan oleh peneliti. Bahkan, mereka berhasil menyusun deskripsi spesies ini dengan lebih detail.

Tim gabungan terdiri dari A.A Thasun Amarasinghe (pakar taksonomi herpert dari Research Center for Climate Change Universitas Indonesia/RCCC UI), Chairunas A. Putra (ornhitologi dan herpetologi), Desy Hikmatullah, Stefano Scali, JanJaap Brinkman, Ulrich Manthey, dan Ivan Ineich.

Kepada Kompas.com, Thasun bercerita bahwa kadal tersebut pertama kali dilihat oleh koleganya, Chairunas.

Bagaimana kisah pencariannya?

Thasun dan tim melakukan penelusuran di hutan Sumatera Utara pada Juni 2018.

Pada 15 Juni 2018, tim menelusuri hutan di sekitar kaldera Toba yang ada di ketinggian 1.675 meter di atas permukaan air laut.

Di sanalah, untuk pertama kalinya tim Thasun menemukan spesimen agamidae (suku kadal) mati di tanah hutan.

Setelah diamati dengan saksama, mereka menyadari kadal yang mati itu merujuk pada genus Harpesaurus.

"Dari keadaan dekomposisi, kami menyimpulkan bahwa spesimen telah mati selama 2-3 hari. Anehnya, kadal itu mati bukan karena dimakan predator dan penyebab kematiannya masih belum diketahui," tulis tim dalam laporan mereka yang terbit di jurnal Taprobanica.

Pemeriksaan menunjukkan itu adalah kadal jantan H. modiglianii, yang telah hilang selama lebih dari 120 tahun.

Tim pun mengawetkan seluruh spesimen yang difiksasi dalam formalin buffer 10 persen sebelum disimpan dalam etanol 70 persen.

Bangkai kadal H. modiglianii yang ditemukan tim Thasun pun disimpan di Museum Zoologi, Pusat Penelitian untuk Perubahan Iklim Universitas Indonesia (UIMZ 0169).

Beberapa hari setelah mereka menemukan bangkai H. modiglianii, tim kembali menelusuri area hutan di sekitar kalbera Danau Toba.

"Pada 18 Juni 2018 pukul 20.45 WIB, kami menemukan spesimen hidup pertama dari H. modiglianii berbaring di cabang pepohonan yang rendah, mungkin sedang tidur," tulis peneliti dalam laporannya.

Kadal ini pun dipotret Chairunas. Setelah itu, tim mengukur karakter morfometrik dengan kaliper digital Mitutoyo 0,1 mm.

Usai diukur, individu hidup itu dilepaskan kembali ke habitat pada malam yang sama.

Untuk diketahui, morfometri adalah suatu studi yang bersangkutan dengan variasi dan perubahan dalam bentuk (ukuran dan bentuk) suatu organisme, meliputi pengukuran panjang dan analisis kerangka suatu organisme.

Dari pengukuran ini kemudian didapat karakteristik H. modiglianii yang lebih detail.

Mulai dari panjang moncong, panjang ketiak-selangkangan, panjang kepala, lebar kepala, panjang dari mata ke lubang hidung, hingga panjang kaki, panjang jari kaki, panjang ekor, dan lain sebagainya.

Spesimen Harpesaurus diperiksa di empat museum.

Antara lain Muséum National D'Histoire Naturelle (Reptil & Amfibi), Paris, Perancis (MNHN-RA); Museo Civico di Storia Naturale di Genova, Genova, Italia (MSNG); Zoologisches Forschungsmuseum Alexander Koenig, Bonn, Jerman (ZFMK); dan Museum Zoologi, Pusat Penelitian untuk Perubahan Iklim, Universitas Indonesia (UIMZ).

"Kami menggunakan mikroskop Leicawild M3Z dan ZEISS DCR untuk memeriksa morfologi eksternal spesimen dan kamera digital Canon EOS 7D SLR untuk mengambil foto," tulis tim peneliti.

https://www.kompas.com/sains/read/2020/05/27/160000823/kisah-pencarian-kadal-paling-langka-di-sekitar-kaldera-danau-toba

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke